"Bu, aku punya ayah gak sih?"
Masih teringat dalam ingatan Dera, ketika dulu dia bertanya tentang ayahnya yang hanya dijawab oleh keterdiaman sang ibu. Ibunya selalu mengalihkan peerhatian kepada hal lain. Karena tidak pernah menemukan jawaban mengenai ayahnya, akhirnya Dera mulai berhenti untuk bertanya tentang eksistensi sang ayah. Baginya, bersama dengan ibu adalah suatu kecukupan.
Berjalan sendiri sepulang sekolah adalah hal yang biasa bagi Dera. Biasanya dia akan menuju pasar, membantu sang Ibu untuk berjualan. Akan tetapi jika sedang lelah seperti kemarin, dia hanya akan berada di rumah.
"Bu, aku muter dulu ya."
"Iya hati-hati. Kalo capek langsung kesini lagi ya."
Sambil membawa kotak berisi aneka kue basah buatan ibunya, Dera berteriak tanpa rasa malu.
"Kue ... kue .."
Begitulah keseharian dari seorang Dera. Anak yang ramah dan sopan. Bahkan teman-teman ibunya yang berada di pasar sampai mengenalnya, karena Dera sering ke pasar. Dia adalah anak yang kalau kata tetangga patut dicontoh. Dia tidak pernah malu dengan fakta bahwa ibunya hanyalah seorang penjual kue ataupun fakta bahwa dia tidak memiliki ayah.
Ketika lelah, Dera akan berhenti di pinggir jalan dan duduk. Hal yang disukainya ketika sedang menjual kue adalah ketika ia bertemu dengan anak jalanan yang sama-sama sedang menjajakan barang dagangannya. Terkadang, mereka beristirahat bersama. Melihat mereka yang masih bisa tertawa membuat Dera merasa bahwa kehidupannya jauh lebih beruntung. Banyak anak jalanan yang tidak memiliki rumah dan tidak bersekolah. Hal itu membuat Dera menjadi pribadi yang lebih bersyukur.
***
"Yang sabar ya, Bu."