Mohon tunggu...
Kundrat Kanda
Kundrat Kanda Mohon Tunggu... -

a dangerous man

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jika Aku Jadi Suami

22 September 2012   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika aku jadi suami aku berjanji aku ingin melakukan hal yang lebih indah dr untaian kata ini.

Jika aku jadi suami, aku kan sering melihatnya ketika dia sedang tertidur selepas kelelahan dengan segala aktifitasnya, dan tidur adalah ekspresi terjujur dr manusia. Aku matikan televisi yg sedang memutar serial korea yang tak usai dia tonton, aku tutup buku2 yg tak tuntas dia baca, aku kecup keningnya, dan aku merasa terbang, huffff aku takut dia terbangun, aku tak ingin mencuri nyenyak dalam raut wajahnya yg cantik.

Jika aku jadi suami, aku kan senang melihatnya menyiapkan kemeja dan sarapan untukku, secangkir kopi hitam dan senyuman yg tak pernah berhenti berrona, aku menerima semua pelayananya, dan tunggu hari saptu dan minggu, akulah yg akan melayaninya. Mencuci piring, memasak dan aku ingin hari itu dia  jadi bidadari dan putri yang paling bahagia.

Jika aku jadi suami, aku kan mencoba menerka apa yang diinginkan istriku yang salehah, aku tau ia takan mengatakan keinginannnya tp biar ku tebak, aku melihat di jidatnya seperti ada tulisan “akang aku pengen baju baru dan pengen makan di luar” lalu aku kan mengatakanya “neng  antar akang ya ke dokter tuk chek-up, tak usah ditebak pasti kau mengangguk setuju dan tersenyum, oh bahagianya hatiku. Setelah beberapa menit dr rumah, aku rahkan setir ke tempat makan yang di depannya ada kolam dan perahu kecil, lalu aku aku makan bersamanya, dan berdoa, moga Allah menambah nikmatnya tuk kami berdua, dan alhamdulillah kita masih diberi rizki oleh Allah, bersyukurlah. Lalu aku melanjutkan ke butiq yg selalu dia tatap lama saat kami berdua melewatinya, betapa indhanya melihat kau begitu selalu tersenyum.

Jika aku jadi suami, aku kan meminta bantuannya tuk mencarikan halamn qur’an yang memuat ayat yang sedang kucari, lalu tiba2 dia bertanya kang lihat di surat al ahzab ayat 32 “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya....” Knapa jangan tertunduk? , aku katakan padanya “Ya, begitlah lelaki suka dgn perempuan yg terlihat pemalu dan lemah, maka jika itu terjadi padamu, tataplah mereka dengan pandangan tergalak yang kau miliki”.

Jika aku jadi suami, aku kan senang pulnag ke rumah, karena ada perempuan baik yang merindukanku, tp tiba2 aku melihatnya tak tersenyum dan tak mau bicara, oh aku berpikir apa kesalahanku, kutanyakan padanya, tapi dia tetap tak menjawab. Maafkan aku neng...aku harus ucapakan itu walaupun aku tak tau apa salahku. Akhirnya setlah 2 jam lamanya dia bertanya siapa itu zahra..? o itu kawan lamaku, dia sudah menikah dgn lelaki baik pula. Aku tau dia mengerti dan memaafkanku, tapi aku tau walaupun hatinya tlah memaafkanku, wanita selalu ingin menghukum lelaki, lalu akupun biarkan ia tuk menghilangkan cemasnya dgn sekedar menonton tv walaupun tak ada acara favoritnya yang lg disiarkan.

Jika aku jadi suami, kan mengirim surat dialamatkan ke rumahku dan ditujukan kepada istriku, di surat itu tertera pengirimnya adalah “lelaki mantan pacarmu” aku kan mengintip di balik gerbang saat dia menerima surat itu dan langsung bergegas masuk kedalam tuk membacanya

di surat itu bertuliskan “ wahai perempuan yang dulu jadi pacarku, aku bisa bertahan hidup karena dunia ini indah bagiku dgn hadirmu, tapi meskipun dunia tak indah lagi, aku kan terus bertahan hidup denganmu” met ulang tahun, moga sisa saldo umurmu dimanfaatkan agar kamu dan suamimu menjadi pasangan yang paling bahagia”. Dan aku melihat betapa senyumnya semakin merekah.

Jika aku jadi suami, dan saat dia berdandan sebelum kondangan, aku kan membantunya menutupkan resleting kebayanya, lalu aku melihatnya dari depan dan belakang, seperti juri yg kan menilai miss univers, aku liat satu persatu bagian tubuhmu agar kupastikan km cantik tanpa ada aurat yg terlihat dan nyaman tuk dipandang. Saat berjalan menyebrang mnuju gedung aku pastikan posisiku berada di samping yg paling dekat dgn mobil yang sedang melaju, mengantisipasi biar kalau ada mobil yang nyasar, biarlah aku yang menhan tuk mengenaimu.

Jika aku jadi suami, aku kan mengingatmu dan menyakan selalu mengatakan kerinduanku pada kecantikanmu meskipun dgn sms, bbm atwpun seutas kertas bertulis, itu kulakukan di kantor, di jalan, di rumah teman dan disetiap seganggangku.

Jika aku jadi suami, aku kan senang dengan segenap kesetiaanmu yang kau tunjukan setiap hari padaku, tipi mungkin aku melihatnya sesekali berbeda dari biasanya, dia jadi suka baca majalah-majalah mode dan kecantikan. Waduh ada apa dgn dia...? aku ingin memarahinya dengan mengatakan knapa km sekarang banyak baca majalh2 yang menjual mimpi, mengajarkan pola hidup konsumtif dan tak bersyukur. Tapi tiba2 aku tak tega melihatnya yg begitu tenang. Akupun sibuk mencari agar aku bisa berpikir positif, oh alhamdulillah aku menemukannya, aku tau dia ngin tampil lebih cantik agar aku tak selingkuh, agar aku semakin mencintainya, dia memang pintar lebih pintar dr yang kuduga, rupanya dia mengerti betul rumus dan konsep tentang lelaki dalam surat ali imran ayat 114, bahwa syhwat terbesar bagi lelaki ialah kecantian perempuan. Marahkupun berganti jadi senyuman, lalu kukatakan “neng maafkan aku, aku talah buruk sangka” kamu memang wanita shalehah yang diutus Tuhan untukku.

Jika aku jadi suami, aku kan bersyukur bahwa Tuhan tlah membuatku menemukan bagianku yang hilang, ia adalah istriku yang setia, dia teman diskusi, dia fatner kerja, dia memijatku dengan cinta saat aku kelelahan, dia menghiburku saat aku sedih, kecupannya menghilangkan gundah, lembut tanganya bisa meredakan amarah, kata-kata halusnya bisa menenangkan jiwa, air matanya membuatku semakin tergerak tuk berjuang, ia menumpahkan segala cintanya lewat secangkir kopi, nasi goreng, belaian tangan, kecupan bibir, sms, senyum, pandangan mata yang tak bicara, marahnya, cemberutnya, caranya melotot, dan semuanya adalah cintamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun