Apakah kita hanya bisa mengapresiasi kerja keras wanita, tapi kesulitan menghargai hal yang sama pada pria? Saya yakin bahwa baik pria maupun wanita, bekerja keras adalah hal yang mulia, terlepas dari pekerjaan apa yang mereka jalani.
Pengaruh Media dan Budaya Populer
Tak bisa dipungkiri bahwa pandangan ini juga dipengaruhi media dan budaya populer. Di film dan drama, sering kali wanita yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya digambarkan sebagai sosok kuat dan mandiri, tapi pria yang berjuang di pekerjaan serupa sering dianggap kurang ambisi.Â
Saya sering berpikir, bagaimana jika media menggambarkan pria di posisi yang sama dengan cara yang lebih positif? Mungkin perlahan-lahan masyarakat akan melihat bahwa perjuangan hidup tidak memandang gender atau status.
Pandangan bahwa wanita yang bekerja adalah mandiri, sementara pria yang bekerja dalam bidang sederhana belum mapan, secara tidak langsung mempengaruhi harga diri banyak orang. Pria menjadi enggan bekerja di bidang tertentu karena takut dipandang sebelah mata. Wanita pun terkadang merasa harus terus membuktikan diri, seolah-olah mereka perlu "poin ekstra" untuk dihargai. Padahal, kerja keras itu tidak memandang gender.
Selain itu, pandangan ini juga membatasi kesempatan ekonomi dan sosial. Jika pria terus didorong untuk meninggalkan pekerjaan sederhana, apakah itu berarti pekerjaan tersebut hanya cocok untuk wanita? Apakah perjuangan hidup pria dianggap kurang mulia? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu kita renungkan bersama.
Mungkin kita semua bisa mulai mengubah cara kita memandang pekerjaan dan kesuksesan. Menghargai setiap orang yang berjuang mencari nafkah, tanpa melihat gender atau jenis pekerjaan, adalah langkah awal yang penting.
Media bisa membantu dengan mengangkat kisah-kisah pria dan wanita di berbagai jenis pekerjaan tanpa bias. Dan kita, sebagai individu, bisa mulai melihat bahwa pekerjaan sederhana adalah pekerjaan yang layak dihormati, apalagi jika ditekuni dengan niat yang tulus.
Stereotip tentang pekerjaan pria dan wanita masih kuat di masyarakat kita. Namun, dengan membuka diri dan menghargai setiap usaha orang lain, kita bisa melangkah menuju cara pandang yang lebih inklusif. Pria maupun wanita yang berjuang di bidang apa pun, termasuk berjualan gorengan, adalah pejuang dalam hidup mereka.
Semoga kita bisa lebih menghormati pilihan hidup setiap individu, tanpa terjebak dalam stereotip yang membatasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H