Dari sini, saya belajar bahwa tidak semua karyawan memiliki kemampuan atau keinginan untuk memahami kondisi perusahaan, dan kita tidak bisa menyalahkan mereka.
Sebagai pemilik bisnis, kita sering kali memiliki harapan tinggi terhadap loyalitas dan pengorbanan karyawan. Kita berpikir bahwa mereka akan tetap setia karena kita telah membangun hubungan kerja yang baik selama ini. Namun, realitasnya, kesetiaan memiliki batas, terutama ketika kebutuhan dasar seperti gaji dan keamanan kerja tidak terpenuhi. Misalnya, ada seorang karyawan yang selama bertahun-tahun sangat berdedikasi. Namun, ketika situasi finansial perusahaan memburuk dan gaji mulai tertunda, dia harus memutuskan untuk mencari pekerjaan lain karena dia harus menghidupi keluarganya. Ini bukan tentang kurangnya kesetiaan, melainkan tentang prioritas hidup yang tak bisa diabaikan.
Pemahaman yang realistis adalah kunci di sini. Karyawan akan tetap memberikan yang terbaik selama mereka merasa aman dan kebutuhan mereka terpenuhi. Namun, di saat krisis, ekspektasi kita harus disesuaikan dengan kenyataan bahwa mereka juga manusia dengan kebutuhan dan tanggung jawab di luar pekerjaan. Harapan bahwa mereka akan selalu ada untuk kita tanpa kompromi, tanpa mengingat situasi mereka sendiri, adalah sesuatu yang tidak adil dan tidak realistis.
Sebagai pemilik bisnis, penting untuk memahami bahwa harapan terhadap karyawan harus bersifat fleksibel. Beberapa karyawan mungkin akan tetap loyal dalam krisis, tapi banyak yang tidak. Dan itu bukan kesalahan mereka. Ini adalah bagian dari dinamika bisnis yang harus kita terima dan antisipasi dengan lebih realistis.
Fokus pada Karyawan yang Tetap Mau Berjuang
Di tengah kesulitan yang dihadapi sebuah perusahaan, penting untuk mengidentifikasi karyawan yang tetap termotivasi meskipun keadaan sulit. Mereka adalah individu yang menunjukkan dedikasi dan komitmen, bersedia berjuang bersama perusahaan, dan menjadi pilar kekuatan yang dapat membantu memperbaiki situasi. Ketika banyak karyawan mungkin mulai merasa putus asa dan kehilangan motivasi, ada segelintir orang yang tetap berdiri teguh dan siap berkontribusi.
Karyawan yang tetap berjuang ini bukan hanya sekadar pekerja; mereka adalah aset berharga bagi perusahaan. Mereka memahami tantangan yang dihadapi dan siap berkorban untuk mencari solusi bersama. Sebagai pemilik bisnis, kita harus memberi perhatian khusus kepada mereka, memperkuat hubungan dengan cara memberikan pengakuan atas dedikasi mereka. Sederhana seperti mengucapkan terima kasih atau memberikan penghargaan kecil bisa berdampak besar pada motivasi mereka.
Namun, penting juga untuk menyadari bahwa tidak semua keputusan dari beberapa karyawan untuk keluar dari perusahaan berasal dari ketidaksetiaan. Ada karyawan yang memilih untuk resign demi mengurangi beban operasional perusahaan atau bisa juga mereka yang mencari lingkungan yang lebih stabil. Tindakan ini bisa jadi adalah keputusan yang bijak, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga demi kepentingan perusahaan.Â
Karyawan-karyawan ini perlu dipahami dan dihargai, meskipun mereka memilih untuk pergi. Mereka patut diperhatikan karena keputusan mereka sering kali diambil setelah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk kesehatan mental dan stabilitas finansial mereka sendiri.
Dalam pengalaman saya, ada beberapa karyawan yang memilih untuk resign bukan karena mereka tidak setia, tetapi karena mereka merasa bahwa tetap tinggal hanya akan memperburuk situasi bagi perusahaan dan  mereka sendiri. Bisa saja mereka adalah orang-orang yang memiliki integritas tinggi dan merasa lebih baik untuk mencari peluang lain, di mana mereka bisa berkontribusi tanpa merasa tertekan oleh situasi yang tidak menentu.
Dengan mengenali dan memperkuat hubungan dengan karyawan yang tetap mau berjuang, kita bisa membangun tim yang solid di saat-saat sulit. Mereka adalah orang-orang yang akan membantu memulihkan perusahaan dan menciptakan suasana positif di tempat kerja.Â