Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekerasan di Sekolah: Sebuah Refleksi Era Digital

2 Oktober 2023   10:26 Diperbarui: 24 Oktober 2023   14:26 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Orang tua memiliki peran krusial dalam pembentukan karakter anak dan pengawasan akses konten di era digital. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua:

  • Pemahaman Teknologi: Orang tua harus memahami teknologi yang digunakan oleh anak-anak mereka. Ini mencakup media sosial, game, aplikasi, dan platform lain yang anak-anak gunakan.
  • Pengaturan Kontrol Orang Tua: Menggunakan fitur kontrol orang tua pada perangkat dan aplikasi untuk membatasi akses ke konten yang tidak sesuai usia.
  • Dialog Terbuka: Membuat suasana di rumah di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang apa yang mereka lihat atau alami online. Diskusi ini dapat membantu orang tua memahami dan mengarahkan perilaku online anak.
  • Pendidikan Emosi: Mengajarkan anak tentang pentingnya mengenali dan mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat. Ini membantu mereka menghadapi tekanan yang mungkin mereka alami di dunia digital.
  • Batas Waktu Layar: Menetapkan batasan waktu harian untuk penggunaan perangkat, sehingga anak juga memiliki waktu untuk aktivitas non-digital.

Kolaborasi antara Sekolah, Komunitas, dan Pemerintah dalam Pendidikan Anti Kekerasan

Kerja sama antara berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk anak-anak dan remaja.

  • Program Sekolah: Sekolah harus menyediakan program pendidikan anti kekerasan yang menyeluruh, yang mengajarkan siswa tentang dampak negatif dari kekerasan dan pentingnya empati serta komunikasi yang efektif.
  • Pelatihan Guru: Guru harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda kekerasan di antara siswa dan tahu bagaimana cara mengintervensinya.
  • Inisiatif Komunitas: Kelompok-kelompok masyarakat dapat membantu dengan menyediakan sumber daya, pelatihan, dan program untuk mendukung upaya anti kekerasan. Ini mungkin termasuk klub remaja, workshop, dan acara komunitas.
  • Kebijakan Pemerintah: Pemerintah memiliki peran dalam mengatur konten digital dan memastikan bahwa ada sumber daya yang tersedia untuk pendidikan dan intervensi anti kekerasan. Hal ini bisa dalam bentuk peraturan, pendanaan untuk program, dan kampanye kesadaran publik.
  • Kolaborasi Multi-Stakeholder: Menciptakan platform di mana sekolah, komunitas, pemerintah, dan bahkan perusahaan teknologi dapat berkolaborasi untuk membahas isu-isu terkait kekerasan dan menemukan solusi yang berkesinambungan.

Melalui kerja sama dan kolaborasi yang erat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dan remaja, memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang dalam dunia yang semakin digital namun tetap memiliki nilai-nilai humanis yang kuat.

Penutup

Sebagai seorang orang tua dan pemerhati pendidikan, saya seringkali merenungkan tentang dunia yang kini begitu berbeda dibandingkan saat saya tumbuh besar. Teknologi, yang seharusnya menjadi alat untuk memperkaya pengalaman belajar dan memperkuat hubungan antar manusia, kini terkadang menjadi pedang bermata dua yang bisa mempengaruhi anak-anak kita dalam cara yang kita tidak pernah bayangkan sebelumnya.

Saya melihat anak-anak yang tenggelam dalam dunia virtual mereka, kadang teralienasi dari realitas di sekitar mereka. Namun, saya juga melihat potensi luar biasa yang dimiliki oleh generasi ini. Dengan akses informasi yang tak terbatas, mereka memiliki kesempatan untuk belajar, berkembang, dan berinovasi seperti generasi sebelumnya tidak pernah miliki.

Harapan saya untuk masa depan pendidikan adalah agar kita tidak takut menghadapi tantangan era digital ini. Sebagai orang tua, pendidik, dan pemangku kebijakan, kita harus bersatu, berkolaborasi, dan mencari solusi bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, kondusif, dan penuh dengan empati. Saya bermimpi tentang sekolah-sekolah yang tidak hanya fokus pada kurikulum akademik, tapi juga pembentukan karakter, kesejahteraan emosi, dan kesiapan menghadapi dunia yang selalu berubah.

Mari kita ingat bahwa setiap tantangan yang kita hadapi saat ini adalah kesempatan untuk belajar, beradaptasi, dan tumbuh. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan siap menghadapi dunia dengan kebijaksanaan, ketahanan, dan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun