Mohon tunggu...
Kuncoro Maskuri
Kuncoro Maskuri Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Linguistik Pragmatik

Pembelajar Bahasa/Linguistik, Sosial Budaya, Pendidikan, dan Keagamaan. (email: dibyomaskuri@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Arisan, Jimpitan, dan Ronda Malam, Bisakah Terus Bertahan?

16 Maret 2018   22:59 Diperbarui: 17 Maret 2018   08:47 4513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jimpitan ronda (dok/toni handoko : google plus)

Ronda dan Jimpitan dilakukan secara bersamaan, sambil berkeliling mengawasi  keamanan lingkungan RT di malam hari, warga yang terjadwal bertugas mengambili (menjiimpit) uang/beras yang sudah dimasukkan di sebuah wadah dan dicantelkan di pagar rumah setiap warga. 

ilustrasi jimpitan ronda (dok/toni handoko : google plus)
ilustrasi jimpitan ronda (dok/toni handoko : google plus)
Besarnya uang/ beras jimpitan  sesuai dengan kesepakatan warga RT yang telah diputuskan sebelumnya di forum pertemuan bulanan atau arisan_ dana jimpitan merupakan iuran tambahan diluar iuran wajib bulanan.  Bila dahulu konsep ronda malam adalah lebih menekankan pada keamanan lingkungan dan waktu pelaksanaanya dari tengah malam ( pukul 24.00) hingga menjelang waktu subuh (pukul 04.00),  ronda  malam saat ini lebih menekankan kepada pentingnya membangun semangat kebersamaan/gotong royong sebagai sebuah nilai budaya lokal antar sesama warga di Rukun Tetangga.

Waktu pelaksanaannya pun lebih pendek dari pukul 22.00 sampai 24.WIB, dan setiap warga akan mendapat jatah waktu ronda dan mengambil jimpitan sekali dalam seminggu. Dengan demikian warga yang bertugas ronda dan mangambil jimpitan masih memiliki waktu yang cukup untuk istirahat, mengingat esok paginya harus bekerja mencari nafkah. Hasil jimpitan inilah yang digunakan oleh warga sebagai tambahan dana untuk membiayai keperluan-keperluan rumah tangga RT sehari-hari. 

Bila jimpitannya berupa beras biasanya diuangkan dengan cara dijual kepada warga sendiri dengan harga standar pasar, uang hasil penjualan masuk kas RT. Dana  yang terkumpul melalui jimpitan dilaporkan ke seluruh warga pada saat pertemuan bulanan/arisan, jadi prinsip keterbukaan terjaga dengan baik.

Dari paparan di atas tampak bahwa betapa konsep dan praktek kehidupan sosial kemasyarakatan (arisan,jimpitan, dan ronda) yang sudah digagas para pendahulu kita sejak dulu kala tersebut, memiliki peran yang sangat besar dan strategis bagi pengembangan/pembangunan mental positif masyarakat secara luas. 

Bahkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sangat bisa membantu pemerintah dalam hal menciptakan suasana tertib dan tentram masyarakat. 

Pola kehidupan  sosial di lingkungan tetangga RT bersifat egaliter/sejajar dan fungsional, berbeda dengan pola kehidupan sosial di tempat kerja yang lebih bersifat struktural dan formal. Jadi seseorang yang punya kedudukan tinggi/penting di kantor, pangkat,titel, atau jabatan dan apapun profesinya memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama ketika berada dalam kehidupan bertetangga. 

Disinilah akan muncul mental positif  yang berupa nilai-nilai ataupun semangat semangat kebersamaan/gotong royong, nilai-nilai hidup saling pengertian, saling menjaga/melindungi, saling menolong, dan saling menghormati antar sesama.  

Namun pertanyaan yang muncul adalah bisakah konsep sosial kemasyarakatan yang berupa arisan, jimpitan , dan ronda malam ini terus bertahan  di jaman moderen seperti sekarang ini hingga masa yang akan datang?  

Bisa jadi anak-anak yang terlahir ataupun remaja yang tumbuh di era teknologi informasi saat ini dua puluh tahun yang akan datang sudah tidak mengenal lagi apa itu konsep dan praktek sosial yang namanya arisan, jimpitan, dan ronda.  

Gaya hidup di jaman moderen yang cenderung bersifat mengutamakan kesenangan materi  dan diri sendiri (hedonis)secara tidak langsung turut menyumbang munculnya sikap dan perilaku individualistik yang berlebihan, ini berarti menggerus nilai-nilai kebersamaan atau gotong royong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun