Ronda dan Jimpitan dilakukan secara bersamaan, sambil berkeliling mengawasi  keamanan lingkungan RT di malam hari, warga yang terjadwal bertugas mengambili (menjiimpit) uang/beras yang sudah dimasukkan di sebuah wadah dan dicantelkan di pagar rumah setiap warga.Â
Waktu pelaksanaannya pun lebih pendek dari pukul 22.00 sampai 24.WIB, dan setiap warga akan mendapat jatah waktu ronda dan mengambil jimpitan sekali dalam seminggu. Dengan demikian warga yang bertugas ronda dan mangambil jimpitan masih memiliki waktu yang cukup untuk istirahat, mengingat esok paginya harus bekerja mencari nafkah. Hasil jimpitan inilah yang digunakan oleh warga sebagai tambahan dana untuk membiayai keperluan-keperluan rumah tangga RT sehari-hari.Â
Bila jimpitannya berupa beras biasanya diuangkan dengan cara dijual kepada warga sendiri dengan harga standar pasar, uang hasil penjualan masuk kas RT. Dana  yang terkumpul melalui jimpitan dilaporkan ke seluruh warga pada saat pertemuan bulanan/arisan, jadi prinsip keterbukaan terjaga dengan baik.
Dari paparan di atas tampak bahwa betapa konsep dan praktek kehidupan sosial kemasyarakatan (arisan,jimpitan, dan ronda) yang sudah digagas para pendahulu kita sejak dulu kala tersebut, memiliki peran yang sangat besar dan strategis bagi pengembangan/pembangunan mental positif masyarakat secara luas.Â
Bahkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sangat bisa membantu pemerintah dalam hal menciptakan suasana tertib dan tentram masyarakat.Â
Pola kehidupan  sosial di lingkungan tetangga RT bersifat egaliter/sejajar dan fungsional, berbeda dengan pola kehidupan sosial di tempat kerja yang lebih bersifat struktural dan formal. Jadi seseorang yang punya kedudukan tinggi/penting di kantor, pangkat,titel, atau jabatan dan apapun profesinya memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama ketika berada dalam kehidupan bertetangga.Â
Disinilah akan muncul mental positif  yang berupa nilai-nilai ataupun semangat semangat kebersamaan/gotong royong, nilai-nilai hidup saling pengertian, saling menjaga/melindungi, saling menolong, dan saling menghormati antar sesama. Â
Namun pertanyaan yang muncul adalah bisakah konsep sosial kemasyarakatan yang berupa arisan, jimpitan , dan ronda malam ini terus bertahan  di jaman moderen seperti sekarang ini hingga masa yang akan datang? Â
Bisa jadi anak-anak yang terlahir ataupun remaja yang tumbuh di era teknologi informasi saat ini dua puluh tahun yang akan datang sudah tidak mengenal lagi apa itu konsep dan praktek sosial yang namanya arisan, jimpitan, dan ronda. Â
Gaya hidup di jaman moderen yang cenderung bersifat mengutamakan kesenangan materi  dan diri sendiri (hedonis)secara tidak langsung turut menyumbang munculnya sikap dan perilaku individualistik yang berlebihan, ini berarti menggerus nilai-nilai kebersamaan atau gotong royong.Â