Tak hanya Siwa, penghayat Budha Tantrayana subur di tanah beradab ini. Jauh sebelum Pikatan, Rakai Panangkaran telah menganugerahkan tanah Kalasan untuk para penganut Budha... berdirilah candi Kalasan dan dibangunlah patung dewi Tarra di dalamnya..
Bertahun-tahun setelahnya, dua aliran ini tetap bersama..terbayang dihari raya kedua agama, seandainya bersama, mereka sibuk luar biasa. Para pemuja Agastya beserta pendeta mempersiapkan diri untuk upacara, merangkak naik berjalan kaki menuju candi Ijo dan candi Barong di puncak Siwa plateau atau justru berkumpul di pelataran candi Jonggrang Prambanan. Para penganut Budha, sibuk berdoa di candi Banyunibo. Para penghuni biara candi Sari membersihkan kuil mereka dan bersiap memanjatkan doa di candi Kalasan. Perpaduan luar biasa dan pasti sangat sakral...
Tapi ada yang aneh, satu ketika aku datang ke sebuah bukit di sebelah selatan. Dengan berjalan kaki, aku merangkak naik..tepat dimana candi Abang berdiri. Tak terlihat sebentuk candi dihadapanku..yang tampak hanya segunduk tanah menjulang tinggi..aku kitari lalu memanjat naik hingga puncak..dari atas, terlihat tumpukan bata tak beraturan..mungkin memang benar, di dalamnya ada sebuah candi, candi Abang..kenapa Abang?? Karena terbuat dari batu-bata merah..itu kesimpulanku...
Sebenarnya tak perlu risau tapi aku mencoba memahami lagi...ada yang salah dengan candi Abang..batu-bata merah???lalu kenapa ditutupi tanah, adakah yang disembunyikan???seandainya benar itu candi, maka candi itu tak lazim, penuh misteri dan biarkan seperti itu...
Siwa plateau pun penuh misteri..tapi lembah di bagian utara hingga barat hampir pasti penuh manusia di abad 9...denyut nadi Mataram kuno di bawah Sanjaya dan Sailendra lebih banyak ditempat ini...
Membayang, orang-orang hilir mudik di jalan-jalan utama menuju istana Rakai Pikatan di alas Wonoboyo yang melintasi kali pasir..atau membayang megahnya istana rakai Kayuwangi di Prambanan yang mungkin penuh hiasan Cina...
Gapura-gapura penuh hiasan dari janur, pendopo istana dengan harumnya kembang setaman dan dupa kala para rakryan bertemu dan menghadap sang penguasa di jaman rakai Dyah Balitung...
Atau orang-orang desa menyadap getah aren, memanen padi di senja hari dan meronda dalam temaramnya cahya bulan di kala malam...sungguh keteraturan kehidupan...surga kedamaian di lembah Siwa Plateau yang telah hilang berabad-abad silam....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H