Mohon tunggu...
Kuncarsono Prasetyo
Kuncarsono Prasetyo Mohon Tunggu... Konsultan - Sejarah itu asyik :)

Tukang gambar yang interes pada sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tugu Jam yang Bikin Hubungan Inggris-Belanda Tegang

1 Maret 2020   20:34 Diperbarui: 2 Maret 2020   02:12 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam Inggris dan Taman Kota 1902 | foto: monumen kolonial

Sekitar 119 tahun  silam, Surabaya pernah dihadiahi miniatur big ben, menara jam Inggris yang dikirim langsung dari Inggris tahun 1899, diserahkan oleh paguyuban  warga Inggris yang tinggal di Surabaya, untuk  memperingati kenaikan tahtah ratu Inggris. 

Sejak awal pendiriannya, keberadaan menara jam kota itu terus-menerus menjadi polemik, bahkan menggangu hubungan dua bangsa. 

Isu rencana pembuatan jam Inggris di Surabaya sejak dua tahun sebelumnya sudah viral seluruh negeri jajahan Belanda ini. Koran besar terbitan Jakarta, Bataviaasch Nieuwsblad pada 1 Oktober 1897 mengulas rencana itu. 

Berikut artinya dari bahasa Belanda.  "Pada hari ulang tahun Ratu mereka, penduduk Inggris di Surabaya menyusun rencana untuk menawarkan Surabaya jam hadiah dengan tulisan yang sesuai. 

Jam itu, yang tingginya hampir 10 meter, dengan alas sederhana, telah dipesan di Inggris, menurut Courant Sourabaya. Pada alas muncul tulisan: Disampaikan ke kota Sourabaya oleh komunitas Inggris dalam rangka  Jubilee Diamond Ratu Victoria 1897 (perayaan kenaikan tahtah. Red)," Kata tulisan dia jam akan berdentang setiap setengah jam dengan nada yang cukup untuk didengar di sebagian besar kota. 

warga berkebangsaan Inggris | foto: monumen kolonial
warga berkebangsaan Inggris | foto: monumen kolonial

Dua tahun kemudian, 1899, Koran nasional asal Semarang  De Locomotief memberi update: "Akhirnya, jam, yang diberikan kepada kota sebagai hadiah untuk pesta penobatan oleh penduduk Inggris di Surabaya, telah tiba. Dengan SS Telamon (nama kapal. Red), komandan -kapal- R Tillotson, jam ini telah dipasang di sini; 

Mr JR Campbell, chief executive officer dari RW Deacon & Co., akan bertanggungjawab atas persiapannya. Jam akan ditempatkan di taman kota, dengan bagian depan gedung Prottel and Co. " dan: "Jam, yang dipasang di pintu masuk Timur taman kota, di Surabaya, sekarang benar-benar siap. Taman kota telah menerima hadiah,"

Pada 31 Agustus 1899 menara jam dari besi itu diresmikan. Arlojinya dibuat oleh Gillett di kota Croydon. De Locomotief kembali menulis bahwa hanya sebagian kecil warga Surabaya yang peduli dengan jam Inggris ini saat peresmian. 

Tampak peta 1920 (atas) taman kota yang berwarna hijau. Sekarang jadi gedung BI | foto Dok Pri
Tampak peta 1920 (atas) taman kota yang berwarna hijau. Sekarang jadi gedung BI | foto Dok Pri

Sebagian besar tidak datang ke peresmian. Padahal peresmiannya menghabiskan 5000 dolar AS atau Rp 75 juta saat ini.  Seperti apa mewahnya suasananya? De Locomotief mendiskripsikan detail.  

Sekitar pukul 08.30 WIB, konsul Britania Raya, Tuan Warren, dan para anggota dewan kota bersama para wanita berkumpul di sekitar juru masak, dan semuanya dipotret. 

Pada 09.00 WIB  acara dimulai tepat ketika Residen Surabaya tiba.  Tuan Warren mulai memberi sambutan. Awalnya dia memuji warga kota yang ramah terhadap warga negara Inggris. Kemudian dia bilang, sebagai wujud rasa terima kasih kepada kota ini, diputuskan dibuatkan souvenir berupa jam kota mirip menara jam Inggris, yang dikirim dari Inggris untuk  memperingati kenaikan tahtah Ratu  Inggris.

Jam Inggris dan Taman Kota 1902 | foto: monumen kolonial
Jam Inggris dan Taman Kota 1902 | foto: monumen kolonial

Residen juga berbicara tentang hubungan persahabatan antara Inggris dan Belanda dan berharap ini bisa langgeng, sama seperti ia berharap bahwa jam itu akan selalu tetap dalam keadaan baik di tempatnya. acara pesta dilanjutkan di club Concordia yang lokasinya berjarak 200 meter dari monumen itu. 

Beberapa hari kemudian muncul kritik keras di surat pembaca ditulis B Ledeboer J Mzn di koran Soerabaijasch Handelsblad : "Tuan Editor, Saat itu tanggal 31 Agustus di pagi hari. Saya pergi ke kantor pos dan melewati taman kota. Kumpulan orang membuat saya curiga ada sesuatu yang istimewa yang terjadi dan karena keingintahuan itu saya berhenti," terangnya. Tampaknya Ledeboer menyimak dua pidato dari dua pejabat dua negara itu. Menurutnya ini peristiwa yang aneh. 

Aneh karena kenapa ucapan terima kasih warga Inggris ke  Surabaya itu diucapkan dalam sebuah tugu untuk penghormatan ke ratu mereka. Bukan untuk menghormati ratu  Belanda. 

"Setiap orang Belanda yang berpikiran benar telah menemukan sesuatu yang mengejutkan ketika melihat tugu peringatan ini untuk ulang tahun ratu Inggris. Saya ingin tanya kepada Redaksi, bagaimana pendapat orang Belanda di Surabaya? Berterima kasih atas ruang yang disediakan dari orang Inggris untuk ratunya orang Inggris,"

Jam Inggris dan Taman Kota 1910 | foto: monumen kolonial
Jam Inggris dan Taman Kota 1910 | foto: monumen kolonial

Jawaban editor, satu hari kemudian: "Kami tidak keberatan memuat protes soal jam itu di koran kami," terang redaksi. Soerabaijasch Handelsblad menjelaskan memang sesuatu keliru. 

Prasasti dalam tugu jam itu juga tidak secara jelas menyatakan apa maksud dari para donor itu. "Peringatan hari jadi ratu Inggris tidak harus diperingati di koloni negara lain" tukas Soerabaijasch Handelsblad.

Kasus tugu jam ini kemudian melahirkan polemik yang tidak berkesudahan. Kritik ke Inggris berkali kali muncul dalam bentuk tulisan, bahkan tulisan-tulisan itu belakangan menyalahkan pemerintah lokal Surabaya. Hingga sepuluh tahun berselang, kritik itu tidak sepenuhnya tuntas. Bahkan semakin viral hingga ke negara Belanda. 

Jam Inggris dan Jl Aloon-Aloon tahun 1910| foto: monumen kolonial
Jam Inggris dan Jl Aloon-Aloon tahun 1910| foto: monumen kolonial

Dalam deskripsi di Amsterdamsche Nieuws van den Dag pada 21 Agustus 1908, jurnalis Maurits Wagenvoort mencatat: "Satu hal yang agak aneh bagi saya di kota Hindia Belanda ini: ada sebuah monumen untuk Ratu -Inggris- Victoria.  

Sebuah monumen untuk mengenang kenaikan tahtah Ratu Inggris yang telah meninggal (meninggal tahun 1901. Red). Ada sebuah komunitas Inggris yang berkembang dan banyak di Surabaya, yang merasa pantas untuk mengekspresikan kesetiaan dan rasa kebangsaannya pada negara asalnya, dengan mendirikan sebuah peringatan untuknya di kota tempat tinggalnya. Sangat mahal, tetapi sangat praktis," jelasnya.

Menurutnya, Belanda memang akan sulit menolak menerima tawaran hadiah jam di kota jajahannya. Tapi tidat patut itu dilakukan oleh komunitas Inggris. Sama tidak patutnya, jika komunitas Belanda di Singapura (koloni Inggris. Red) misalnya, datang dengan gagasan mendirikan monumen peringatan Ratu Belanda di Esplanade (daerah di Singapura. Red)

Peristiwa tugu jam ini akhirnya merembet semakin luas ke mana-mana, menyambar isu lain tentang eksistensi Belanda pada negara jajahannya sendiri menghadapi hegemoni Inggris yang semakin menghawatirkan. "Rasa nasional warga negara Belanda di luar negeri kurang tegas," kritik  Wagenvoort. 

Jam Inggris dan Jl Aloon-Aloon 1920 (Koloniale Monumenten kolonialemonumenten.nl)
Jam Inggris dan Jl Aloon-Aloon 1920 (Koloniale Monumenten kolonialemonumenten.nl)

Di Batavia trem uap bernama Hohenzollern, nama kastil di Jerman. Orang Inggris mengirim anaknya ke sekolah yang melarang bahasa Belanda; namun dengan pengantar Bahasa Inggris. 

Pemerintah tidak bisa berbuat banyak. Di juga mengkritik kenapa potret Gubernur Jenderal Hindia Belanda tidak diwajibkan dipasang di dinding instansi, sekolah-sekolah, atau rumah-rumah. Bagi dia, orang-orang Belanda mengalami krisis nasionalisme.  

"Saya ulangi: menjadi bangsawan atau bukan, berpikir oranye atau tidak, ini tidak ada hubungannya. Ini ada hubungannya dengan pertanyaan apakah orang merasa Belanda. 

Warga negara kita di Hindia Belanda agak suam-suam kuku. Belanda atau non-Belanda mereka hanya merasa SUDAH Belanda' Tetapi untuk orang Inggris juga Surabaya itu , bukan sekadar SUDAH, Mereka adalah tetap orang Inggris, yang mendirikan monumen nasional Inggris, di koloni negara lain,". 

TUGU JAM DIPINDAH

Keruan saja mulai saat itu, kritik  nasionalisme orang Belanda di negara koloni menjadi makin luas, menjadi kekhawatirkan luas. Ini semua dimulai dari tugu jam di tengah kota Surabaya. 

Memindah tugu jam tanpa alasan berarti menggali konflik lebih dalam dengan Inggris. Membiarkannya membuat serangan ke pemerintah tidak pernah berhenti. 

Hingga pada akhirnya eksistensi jam itu berakhir. Ini akibat pemerintah daerah setempat emoh merawat sejak jam itu pertama didirikan. Jam tidak bekerja dengan benar, penerangannya buruk, dan pada akhirnya dianggap menghalangi jalan. Akhirnya ada alasan untuk mengenyahkannya dari tempat awal.   

Jam Inggris di tempat yang baru | foto: monumen kolonial
Jam Inggris di tempat yang baru | foto: monumen kolonial

Koran nasional The Indische Courant pada 23 September 1926 menjelaskan jika jam Inggris di taman kota harus dipindah. Ini sesuai arahan Dewan Kota Surabaya menyusul rencana pelebaran Aloon-Aloon Straat (sekarang Jl Pahlawan). 

Uniknya sebenarnya taman kota tempat jam itu berdiri itu tidak benar-benar digusur habis untuk pelebaran jalan. Namun hanya terpotong di satu sisinya tiga meter, dan kebetulan jam itu berada di sisi tersebut. Sebenarnya masih ada lahan di taman luas itu untuk menggeser jam ini, namun tidak ada satupun anggota dewan yang mengambil opsi itu. 

SEPI. Jam ditempatkan di area kota yang sepi 1930 | Foto KITLV Leiden 
SEPI. Jam ditempatkan di area kota yang sepi 1930 | Foto KITLV Leiden 

Hampir semula semua anggota dewan menilai lebih baik jam itu dimusnahkan saja. Ada juga opsi memindahkan jauh dari tempat semula. Bach Kolling ingin memindah jam ini ke Gubeng, perumahan baru di pinggir timur Surabaya. Sedangkan, anggota dewan, Naessens berharap pemerintah konsultasi dulu dengan perwakilan Inggris.

Anggota dewan Van Gennep, mengatakan lebih baik ditaruh di ujung kota daripada dimusnahkan. Ujung kota, karena lokasi jam itu sekarang tepat di tengah kota Surabaya. 

"Benda itu sangat indah sehingga yang terbaik adalah menjadi hiasan di Priokplein (Lapangan Priok di Tanjung Perak ujung utara Surabaya. Red)," jelasnya. 

Tampaknya gagasan Gennep inilah yang diterima. Pada Februari 1927 jam resmi dipindah, di PriokPlein. Jauh dari hiruk pikuk kota. Di jalur pelabuhan Tanjung Perak. 

Peta lapangan priok 1920 dan kondisi sekarang. Taman sudah tinggal seperempatnya, dan tugu sudah raib | foto dokpri
Peta lapangan priok 1920 dan kondisi sekarang. Taman sudah tinggal seperempatnya, dan tugu sudah raib | foto dokpri

Tidak ada protes lagi dari warga. Bahkan tidak ada yang peduli. Malahan sejak saat itu, eksistensi jam ini tidak pernah disinggung lagi di surat kabar. Bahkan tidak ada yang tahu kapan jam ini raib. jaman jepang? atau masa kemerdekaan?

Hari ini tidak ada sisa sama sekali. Taman Priuk hanya tersisa 20 persen karena lainnya dibangun SPBU dan bangunan kantor. Taman kota tempat awal jam itu berdiri, sudah tergusur total pada tahun 1960-an karena didirikan gedung Bank Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun