Bekas kilang Wonokromo, tersisa bangunan kantor Pertamina saja. Lahan kilang yang sangat luas lainnya, sejak 40 tahun lalu sudah disulap menjadi pertokoan, proyek apartemen, dan dijubeli permukiman. Â Tidak ada satupun bukti fisik yang tersisa.
Lapangan minyak tertua di Krukah kini juga menjadi perkampungan padat. Tidak ada satu jejakpun tertinggal. Salah satu yang tersisa hanyalah toponimi kampung Ngagel gang Pipa. Sebab, hingga 1970-an area ini masih terdapat pipa-pipa raksasa dari Krukah ke Kilang Wonokromo yang berjarak 3 kilometer.
MULAI EKSPANSIFÂ Â
Setelah Surabaya perusahaan minyak lain melirik potensi di luar Jawa. Pengeboran pertama minyak bumi di Sumatra dilakukan di Kollok daerah Padang Atas. Menghasilkan 6000 liter, per hari. Sayang minyak bumi itu mengandung parafin. Karena dianggap tidak menguntungkan, ladang minyak ini ditinggalkan.
Sebenarnya jauh-jauh hari, eksplorasi minyak bumi sudah dilakukan sejak dunia dihebohkan oleh temuan bahan bakar baru untuk mesin industri. Temuan ladang minyak pertama ada di Karawang (1850), berturut-turut Semarang (1853), Kalimantan Barat (1857), Palembang (1858), Rembang dan Bojonegoro (1858), Surabaya dan Lamongan (1858). Pada 1871 rembesan minyak alami pertama kali di Majalengka berhasil diambil oleh pedagang Belanda Jan Reerink.
Bahkan pada 1883 AJ Zijlker malah lebih dulu berhasil mendapatkan konsesi dari Sultan Langkat Sumatera untuk meneliti dugaan lokasi yang berpotensi sebagai sumur minyak. Survei tingkat dasar melakukan pengeboran pertama di lokasi itu pada tahun 1885 di bawah pengawasan insinyur tambang R Fennema; minyak dibor pada kedalaman 100 meter. Dan benar, ada potensi minyak di bawah perut Langkat.Â
Nyatanya, baru pada 1890 eksploitasi dilakukan oleh Koninklijke Nederlandsche Maatschappij. Â Sumur kedua dibor tahun 1891, dua tahun setelah eksploitasi Surabaya. Setahun kemudian pada 1892, 1.300 liter minyak dihasilkan setiap hari.
Di tahun yang sama, Kilang kedua setelah Wonokromo, Surabaya, didirikan di Pangkalan Brandan Kalimantan. Insinyur pertambangan JH Menten yang membangun.Â
Pada tahun 1891 Sultan Kutei memberi konsesi kepada Louise dan Mathilde untuk mengesplorasi ladang minyak di Sungai Sangga Sangga. Kemudian mendirikan Perusahaan Industri dan Perdagangan Hindia Belanda dengan modal Inggris. Kelak ini menjadi perusahaan minyak Shell.
Karena hasil yang menguntungkan ini, demam minyak berkembang pada tahun-tahun itu. perusahaan-perusahaan muncul seperti jamur di musim hujan. Di Langkat Sumatera Utara, konsesi Boeloe Telang dan Boekit Tinggi diberikan dan dioperasikan juga dengan modal perusahaan Inggris.