Padahal kata Suro atau sura dalam kamus Jawa artinya berani. Bukan ikan hiu. Tida ada ada dalam bahasa apapun bahwa hiu = baya. Dalam catatan Hageman yang telah disadur dalam bahasa Inggris, dia mencontohkan nama sejumlah kota di Jawa yang ada kata Sura namun tidak ada kaitannya dengan Ikan hiu. Diantaranya Surakarta. Tokoh sejarah di Jawa juga mengandung julukan SURA, seperti, Suramenggala, Suradilaga, atau Surapati (berani mati).Â
Kata Hagemen, 'SURA' dalam semua penyebutan itu berarti BERANI, tidak ada kata lain selain kalimat itu. Bahkan sebuah idiom Jawa yang tersohor, Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti, artinya: Keberanian, kekuatan, Kejayaan akan hancur oleh sifat lemah lembut. Tidak ada ikan hiu di sana.
Maka, untuk menjawab kerancuan itu, pada 1920, ketika logo resmi pemerintah kota Surabaya pertama kali diterbitkan, dilengkapi motto  "Soera ing Baia" atau Sura ing Baya. yang artinya berani melawan bahaya. Satu satunya logo kota jaman kolonial yang menggunakan moto berbahasa Jawa. Sekali lagi antara logo dan motto itu tidak terkait sama sekali. Seperti lambang mitos burung Garuda dan motto Bhineka Tunggal Ika yang tidak saling mengartikan keduanya.
1. Lambang berbentuk perisai segi enam yang distilir (gesty leerd), yang maksudnya melindungi Kota Besar Surabaya.
2. Lukisan Tugu Pahlawan melambangkan kepahlawanan putera-puteri Surabaya dalam mempertahankan Kemerdekaan melawan kaum penjajah.
3. Lukisan ikan Sura dan Baya yang berarti Sura Ing Baya melambangkan sifat keberanian putera-puteri Surabaya yang tidak gentar menghadapi sesuatu bahaya.
4. Warna-warna biru, hitam, perak (putih) dan emas (kuning) dibuat sejernih dan secermelang mungkin, agar dengan demikian dihasilkan suatu lambang yang memuaskan.
Baca juga : Ini asal Kata Pasuruan
Baca Juga : Kembang Jepun, Sebutan Pelacur Jepang yang menjadi Nama Jalan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H