Mohon tunggu...
Kuncarsono Prasetyo
Kuncarsono Prasetyo Mohon Tunggu... Konsultan - Sejarah itu asyik :)

Tukang gambar yang interes pada sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Bung Tomo yang 'Membakar' Surabaya (3)

12 November 2019   14:16 Diperbarui: 18 November 2019   14:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jawab, "Maaf, saya nanti pukul 5 ada rapat." Namun Hilmi meninggikan frekwensi suaranya. "Saudara harus datang sekarang. Kalau dengan cara halus Saudara tidak suka. Saya terpaksa akan mengambil jalan kekerasan."

Foto Bung Tomo ini diambil Jurnalis IPHOS Frans Mendur di Lapangan Mojokerto 1946 | via kompas.com
Foto Bung Tomo ini diambil Jurnalis IPHOS Frans Mendur di Lapangan Mojokerto 1946 | via kompas.com
Si Bung berubah cemas. Dia merasa sedang dalam bahaya. Dia baru sadar ketika keluar rumah. Puluhan pemuda bersenjata lengkap telah mengepung rumah ini. Bung Tomo diangkut truk dibawa ke markas PRI di Simpang. Sekarang markas itu menjadi Gedung Balai Pemuda.

Markas itu sudah banyak pemuda, Bung Tomo langsung digelandang masuk ke ruang intelligence service atau penyelidikan yang dipimpin Restam Zain. Sekadar tahu saja, ini juga markas Bung Tomo. selama ini Bung Tomo menjdi salah satu pengurus organisasi pemuda yang dikenal paling besar dan  paling berani di Surabaya. Namun kali ini Bung Tomo datang sebagai pesakitan. di markas sendiri. 

"Saat menuju ke tempat, Saudara Roestam Zain, nampaklah olehku bahwa kemana-mana aku pergi seorang laskar dengan bayonet terhunus senantiasa mengikuti jejakku. Taulah aku bahwa kini akau seorang tawanan."

Bung Tomo sejak saat itu tidak bisa ke mana-mana. Dilarang keluar, dilarang menghubungi siapapun. Dia hanya berada di dalam ruangan gedung. Sampai usai subuh, sekitar pukul 05.00 WIB, Bung Tomo diperlalukan seperti tawanan lain, bercampur dengan tawanan Belanda. tidak mendapat makan dan hanya mengais cokelat di tumpukan barang milik tawanan Belanda di ruang bawah tanah gedung yang sekarang sudah dibuntu.

Penawanan si Bung berakhir pukul 6.30 WIB, Ketika Roestam menelepon Soedjono, seorang komisaris polisi bawahan Markas Dr Moestopo. "Ini bung Tomo disuruh tahan di sini apa perkaranya?" tanya Roestam. Hanya beberapa detik pembicaraan itu berakhir, Roestam kemudian tersenyum dan menutup telepon. Kemudian menghampiri Bung Tomo.

"Maaf Bung. ini hanya salah paham," kata dia. Dijelaskannya, markas tentara pimpinan Moestopo siang hari tadi memang memerintahkan PRI "melindungi" Bung Tomo. Moestopo meminta PRI "melindungi" karena tentara atau polisi tidak mungkin menjaga pemimpin tidak resmi seperti Bung Tomo. Nah perintah "melindungi" ini diterjemahkan PRI sebagai menawan seperti perintah melindungi warga Belanda yang maksudnya menawan. 

BERSAMBUNG

BACA KELANJUTANNYA : Kisah Bung Tomo yang 'Membakar' Surabaya (5 habis)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun