Bung Karno begitu segan dengan sang guru. Hingga sebuah peristiwa menyedihkan terjadi setahun kemudian. Â Pada 1919, Soeharsikin, istri Tjokro sekaligus ibu Oetari meninggal dunia karena sakit. Tjokro sangat terpukul, dia mengalami kedukaan yang sangat lama. Â Seperti kehilangan semangat berlarut-larut. Singa podium yang suaranya lantang setiap pidato itu kini menjelma seperti bebek lumpuh.Â
Akibat ini, suatu hari, paman Oetari, bertanya kepada Bung Karno, "Apa kamu punya perhatian ke Oetari". Tentu Bung Karno kaget, sedang hubungan itu tidak pernah diungkapkan ke siapapun. Spontan Bung Karno menjawab jujur, "Iya". Â
BACA JUGA : Makam Gubernur Jenderal yang Misterius
Kata sang Paman, jika Oetari dinikahi Bung Karno, menjadi obat Pak Tjokro melupakan kesedihannya. Bung Karno menyanggupi karena dia begitu sayang dengan pak Cokro yang belakangan tidak bergairah. Â
Singkat kata, pernikahan itu benar-benar terjadi ketika si Bung berusia 20 tahun dan Oetari 14 tahun. Â (dalam kultur Jawa, jika orang tua meninggal dunia, pernikahan boleh dilakukan setelah berganti tahun. Red).Â
Ruang tamu rumah ini menjadi saksi sejarah. Acara sakral itu sempat terancam batal karena masalah sepele.
BERSAMBUNG Â
BACA KELANJUTANNYA: Cinta Pertama Bung Karno di Rumah Sederhana ini (3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H