Jadilah sambel yang sudah siap tuang, ditambahi gula. lho, mbak, ini warung nasi sambel, bukan nasi syirup.
Kalau gak doyan pedes ngapain minta sambel dimodif lagi.
Ini sebuah fenomena aneh menurutku. Saking anehnya, setelah pulang saya harus cari literatur untuk menemukan teori kritis tentang sambelogi dan filosofinya.
Perasaan bertolak belakang dalam satu konstruksi berfikir ini yang tidak ditemukan oleh rasa lain, selain pedas.
Saat makan cabai, manusia akan membiarkan tubuhnya menerima sesuatu yang dia tahu akan membuat kesengsaraan yaitu rasa kepedasan, tapi tetap memakannya. Setelah makan, kapok. dan besok balik lagi
Yaa... ibaratnya seperti bersedia disakiti dengan ikhlas.
BACA KELANJUTANNYA : Â Filosofi Sambal (2). Inilah Sejarah Sambal NusantaraÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H