Yakinlah, karena jasanya ini, bahasa Melayu ala Tuuk yang kelak dipilih para pendiri bangsa sebagai bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Dia benar benar menguasai bahasa bahasa lokal di Nusantara sebagai akar bahasa persatuan itu.Â
Bahkan dalam buku "Mirror of the Indies", penulis Rob Nieuwehuys mengutip komentar pendeta Bali (Pedanda) yang sangat berpengaruh, "Hanya ada satu orang di seluruh penjuru Bali yang tahu dan paham bahasa Bali, orang itu adalah Tuan Dertik ( Van der Tuuk)," terangnya.Â
Buku itu menjelaskan, Tuuk yang Belanda totok  anti kolonialisme. Dia melawan dengan kebudayaan. Memilih bahasa Melayu bagianya sekaligus menentang politik feodal kolonialisme yang berkolaborasi dengan ningrat. Karena dengan Melayu otomatis strata dalam berkomunikasi tidak ada lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H