Mohon tunggu...
Kuncarsono Prasetyo
Kuncarsono Prasetyo Mohon Tunggu... Konsultan - Sejarah itu asyik :)

Tukang gambar yang interes pada sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makam Gubernur Jenderal yang Misterius

31 Oktober 2019   07:09 Diperbarui: 1 November 2019   18:34 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih tentang Makam Peneleh Surabaya yang tidak terurus. Ada lebih dari 3000 makam menempati area 5 hektare. Salah satu yang mencolok adalah makam  Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus. Dia meninggal tahun 1844 dan dikubur di Pemakaman Krembangan. Namun pada 1847 ketika Makam Peneleh dibangun, jenasah sekaligus prasastinya dipindah ke Makam Peneleh empat tahun kemudian.

Menurut banyak literatur, Merkus satu-satunya Gubernur Jenderal yang dimakamkan di luar ibukota negara yaitu Bogor dan Jakarta. Merkus bahkan mencatat satu-satunya Gubernur Jenderal yang meninggal saat menjabat. 

Akhir hayatnya sungguh misteri,  Pilihannya pindah ke Surabaya saat sakit menjadi tanda tanya sampai sekarang.  Menurut, Rob van de Ven Renardel, satu ahli waris elite zaman Belanda yang dimakamkan di Peneleh, keputusan Merkus keluar ibukota, bahkan saat sakit, menimbulkan teka-teki di sejarah Belanda. 

dokpri
dokpri
Merkus, kata Rob, awalnya tinggal di Batavia, kemudian memutuskan tinggal di Istana Bogor ketika sakit. "Namun ketika kesehatannya makin buruk dia justru memilih tinggal di Istana Simpang di Surabaya (sekarang Grahadi) ," kata Rob dalam Majalah Monsun. Majalah ini terbit di Belanda 10 April 1999. 

BACA JUGA : Benteng Terakhir Umat Khong Hu Chu

BACA JUGA : Ada Wakil Ketua MA yang dikubur dengan Peti Wine

Perjalanan di Batavia-Surabaya yang melelahkan hampir tiga pekan itu justru membuat sakitnya bertambah parah. Ada dugaan Merkus ingin istirahat sehingga memilih kota militer di Jawa bagian timur ini. 

"Namun ada pandangan lain yang yakin Merkus sengaja dibiarkan dan disingkirkan dari kekuasaan negeri jajahan oleh Kerajaan di Belanda karena dianggap tidak loyal," ujar Metselaar. Salah satu dasar dugaan ini karena, surat Merkus agar dikirim dokter dari Batavia, tidak pernah dijalankan hingga akhir hayatnya. 

dokpri
dokpri
Prasasti lempengan baja di atas makam Merkus yang berusia hampir dua abad masih jelas bisa dibaca. Ukurannya selebar dua daun pintu. Prasasti ini berbahasa Belanda kuno yang jika diartikan sebagai berikut:


"Paduka Yang Mulia Pieter Merkus, komandan pasukan tempur Hindia, veteran perang Prancis, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Memimpin tanah dan laut harapan Tuhan dan lain-lain dan lain-lain. Beliau wafat di Simpang Huis (Istana Simpang atau Grahadi) 2 Agustus 1844".

BACA JUGA : Pencetus Bahasa Indonesia Ternyata Orang Belanda

BACA JUGA : Kembang Jepun, Sebutan Palacur Jepang yang Jadi Nama Jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun