Sapardi menurut saya berhasil merasuki sisi paling sensitif para pembaca. Dalam Hujan Bulan Juni, Sapardi memberi pencerahan bahwa tak semua rindu mesti diutarakan, tak semua perasaan layak diungkapkan. Sapardi pada bait akhir puisi "Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu" ingin menyampaikan bahwa akan bijak jika kita membiarkan sebuah perasaan tetap berada di dalam, tersimpan dan tetap kokoh layaknya sebatang pohon.
Siapalah yang tak langsung jatuh hati pada puisi Sapardi. Wajar, bila setiap orang mencintai puisi Sapardi dibanding puisi lainnya. Tapi kecintaan setiap orang juga tak bisa saya generalisasikan untuk zaman sekarang. Barangkali puisi dengan tema dan bahasa sederhana memang sedang hits di era sastra digital hari ini. Tergantung selera sih. Saya seleranya indomie rasa kari ayam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H