Mohon tunggu...
Aang Kunaifi
Aang Kunaifi Mohon Tunggu... -

Aang Kunaifi adalah Penulis Buku MEMBANGUN (KEMBALI) INDONESIA KITA. Ia merupakan Intelektual Muda Muslim yang memfokuskan kajian dan pemikirannya mengenai berbagai isu kebangsaan, ketahanan nasional, kepemimpinan dan kepemudaan. Setelah menyelesaikan Master of Sains bidang Ketahanan Nasional Pascasarjana UI, ia bekerja sebagai Trainer/Motivator/Public Speaker di TRUSTCO Jakarta, selain juga mengajar di salah satu PTS di Jakarta. Silaturahim melalui email kunaifi.aangku@gmail.com dan Twitter @Aangku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negara dan Agama

24 Juni 2015   10:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi sebuah tanda tanya besar ketika kita dihadapkan pada sebuah fenomena bahwa pertumbuhan jumlah pemeluk islam selalu bertambah dari waktu ke waktu, bahkan sebuah penelitian di AS berani mengeluarkan hipotesis bahwa jumlah orang muslim akan sama dengan kaum nasrani pada tahun 2050.

Wajarlah kemudian jika ada anggapan bahwa agama jauh lebih punya wibawa dihadapan individu dibandingkan dengan negara, argumentasi tersebut berangkat dari sebuah kenyataan bahwa usia agama jauh lebih panjang dibandingkan dengan usia sebuah rezim. Imperium, kerajaan, atau rezim silih berganti memenuhi wajah sejarah, mereka mengalami kebangkitan, kejayaan, lalu menua untuk kemudian runtuh.

Agama adalah kebutuhan, karena itu ia menjadi pilihan. Jauh sebelum negara hadir, umat manusia sudah menjalani kehidupannya dengan beragama. Kehadiran negara dalam kehidupan manusia sebenarnya justru untuk memastikan umat manusia dapat menjalankan kehidupan beragamanya dengan seutuhnya.

Agama adalah pilihan, karena itu kebebasan menjadi asas yang harus diperjuangkan, memilih hanya dapat dilakukan ketika ada kebebasan. Perbudakan dan tirani merupakan belenggu kebebasan, mereka harus dihilangkan.

Selain orang bebas, pilihan hanya dapat dimiliki oleh orang yang telah menyelesaikan kebutuhan dasarnya. Mereka yang masih berkutat dalam memenuhi sandang, pangan dan papan mempunyai keterbatasan dalam memilih.

Negara harus mampu hidup berdampingan dengan agama, yaitu dengan menciptakan kebebasan serta memfasilitasi warganya untuk mencapai kesejahteraan. Negara akan selalu berkonflik dengan agama ketika ia dijalankan dengan tirani serta tidak ada political will dan upaya serius untuk mensejahterakan rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun