Mohon tunggu...
Aang Kunaifi
Aang Kunaifi Mohon Tunggu... -

Aang Kunaifi adalah Penulis Buku MEMBANGUN (KEMBALI) INDONESIA KITA. Ia merupakan Intelektual Muda Muslim yang memfokuskan kajian dan pemikirannya mengenai berbagai isu kebangsaan, ketahanan nasional, kepemimpinan dan kepemudaan. Setelah menyelesaikan Master of Sains bidang Ketahanan Nasional Pascasarjana UI, ia bekerja sebagai Trainer/Motivator/Public Speaker di TRUSTCO Jakarta, selain juga mengajar di salah satu PTS di Jakarta. Silaturahim melalui email kunaifi.aangku@gmail.com dan Twitter @Aangku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ramadhan, Kepahlawanan dan Kemenangan Jiwa

17 Juni 2015   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita membuka lembaran sejarah bangsa, maka kita akan menemukan banyak sosok pahlawan yang telah berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang berhasil mengalahkan tantangan zamannya dengan cara menciptakan peristiwa demi peristiwa yang laik untuk dikenang dan bersemayam abadi di benak para generasi berikutnya, bahkan kemudian tercatat dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah.

Kaidah Kepahlawanan

Gelar kepahlawanan biasanya disematkan pada sosok yang mempunyai kontribusi besar bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan agama, serta objek kepahlawanan lainnya. Para pahlawan bukan berarti tidak pernah menerima pemberian, tetapi kontribusi mereka jauh lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan apa yang mereka terima. Para pahlawan adalah manusia biasa tetapi mereka mempunyai niat untuk memberi tanpa membutuhkan pamrih, disertai upaya yang keras dan serius dalam mewujudkan niat tersebut.

Kepahlawanan merupakan sebuah fungsi, karena ia adalah perwujudan dari semangat dan ikhtiar untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi banyak orang. Kepahlawanan juga mengandung makna perkembangan, karena seseorang tidak akan pernah dapat selalu menjalankan fungsinya dengan optimal jika tidak mengalami perkembangan secara utuh dan maksimal.

Berkembang dan berfungsi menjadi dua kaidah yang harus selalu dipenuhi oleh seorang pahlawan. Jika seorang manusia hanya berkembang saja tetapi tidak berfungsi, maka mereka akan seperti pohon yang tinggi dan besar serta berdaun lebat tapi tidak menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi. Sebaliknya, jika seorang manusia menjalankan fungsinya dalam rangka memberi kemanfaatan pada orang banyak, tetapi tidak diikuti dengan perkembangan diri secara optimal, maka mereka sejatinya ibarat lilin yang memberi cahaya pada sekitarnya tetapi dengan membakar diri sendiri.

Manusia yang diibaratkan seperti lilin akan dapat diketahui kelanjutan jalan ceritanya, ia akan terus bersinar untuk kemudian padam karena “tubuhnya” sudah habis terbakar. Kaidah tersebut harus dipahami dengan baik oleh seorang pahlawan, bahwa kepahlawanan tidak hanya tentang keberfungsian terhadap orang lain, tetapi juga tentang bagaimana cara mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri.

Mengembangkan Diri secara Utuh

Proses pengembangan diri harus dilakukan secara utuh, mengintegrasikan seluruh komponen dasar yang membentuk kepribadian seorang manusia, yaitu jiwa, fisik dan akal. Seorang pahlawan harus menghindarkan diri dari proses pengembangan diri yang bersifat parsial, yaitu pengembangan diri yang hanya memokuskan perhatian pada satu atau beberapa komponen saja. Pengembangan diri pada komponen jiwa tidak boleh dipisahkan dengan pengembangan pada komponen fisik dan akal, serta seperti itu juga sebaliknya.

Diantara ketiga komponen pembentuk kepribadian manusia seperti yang dijelaskan sebelumnya, komponen kejiwaan dapat dianggap sebagai komponen yang paling strategis. Hal tersebut didasari dengan kenyataan bahwa jiwa merupakan wadah bagi konflik antara nafsu dan keimanan, keberadaannya sangat mempengaruhi dua komponen lainnya. Oleh karena itu, proses pengembangan diri yang dilakukan oleh seorang pahlawan harus memberi perhatian lebih bagi komponen tersebut.

Pengembangan pada sisi kejiwaan dapat disebut dengan pendidikan kejiwaan atau karakter, proses tersebut diharapkan dapat membuat orientasi atau tujuan hidup seorang pahlawan mengalami penguatan. Pendidikan atau pembangunan karakter juga diharapkan membuat seorang pahlawan mendapatkan tambahan energi untuk menjalani tantangan yang akan dihadapi dalam menjalani kehidupan. Menjadi rahasia umum bahwa seorang pahlawan akan mengalami tantangan kehidupan yang teramat berat, jauh lebih berat dibandingkan dengan manusia lainnya, karena itu tidak banyak manusia yang berhasil mencatatkan dirinya sebagai seorang pahlawan.

Orientasi hidup seorang pahlawan adalah semangat untuk memberi manfaat, semangat tersebut merupakan pengejawantahan dari kebesaran jiwa. Semangat kepahlawanan tidak mungkin muncul dari jiwa-jiwa yang kerdil, yaitu jiwa yang hanya memikirkan kesenangan diri sendiri saja. Semangat kepahlawanan hanya akan muncul dari mereka yang mempunyai jiwa besar seperti permadani yang sanggup untuk menampung banyak orang.

Jiwa merupakan wadah bagi konflik antara keimanan yang melahirkan semangat untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keluhuran serta hawa nafsu yang memunculkan sifat egoisme dan mau menang sendiri. Jiwa yang besar merupakan jiwa yang berhasil memenangkan keimanan atas hawa nafsu, membuat siapapun yang memilikinya akan mempunyai semangat untuk berkontribusi dan memberi kemanfaatan dalam kehidupannya untuk banyak orang.

Kemenangan iman atas hawa nafsu juga akan membuatnya mendapatkan tambahan energi yang berlipat-lipat, energi yang membuat mereka tegar dalam menerima cobaan, gagah dalam menghadapi tantangan, serta berani dalam menghadapi ancaman. Energi yang didapatkan membuat mereka mampu menutupi kelemahan fisik yang dimiliki oleh para pahlawan tersebut, karena itu kita kemudian dapat memahami mengapa serdadu Israel sangat takut dengan sosok Ahmad Yasin yang lumpuh, serta pasukan belanda yang kerepotan dengan manuver seorang Jenderal Sudirman yang sedang menderita penyakit yang akut.

Bila kemudian sang pahlawan tersebut merupakan sosok yang mempunyai kekuatan fisik, maka energi yang didapatkan dari kemenangan iman dalam jiwa akan bersatu dengan kekuatan fisik tersebut untuk kemudian memunculkan kekuatan yang dahsyat, kita tentu mengenal Umar Bin Khattab, Khalid Bin Walid, Shalahuddin Al Ayyubi serta Muhammad Al Fatih. Mereka berhasil mengukir prestasi monumental, tercatat abadi dalam sejarah, nama mereka harum semerbak dibawa oleh angin peradaban, tropi peradaban sempat hadir pada genggaman mereka.

Kemenangan Jiwa

Jiwa yang besar merupakan jiwa yang imannya berhasil dimenangkan atas hawa nafsu, keimanan menjadi panglima dan nafsu menjadi serdadunya. Nafsu merupakan tanda kehidupan, karena itu ia jangan dimatikan, cukup dikendalikan saja. Keimanan harus menjadi panglima yang mampu mengendalikan hawa nafsu, membuatnya bertekuk lutut tanpa syarat, memenuhi semua keinginan dari sang panglima.

Sang pahlawan harus terus belajar dan berlatih mengendalikan nafsunya sekaligus memenangkan imannya, proses pembelajaran tersebut harus dilakukan sepanjang masa. Dalam proses pembelajaran dan pelatihan, boleh jadi seorang pahlawan gagal memenangkan imannya, tetapi hal tersebut jangan sampai membuatnya berhenti untuk mengendalikan nafsunya. Sejarah kemudian mencatat bahwa kemenangan yang tidak dapat dicerna dengan akal biasa sering kali ditunjukkan oleh para pahlawan yang berhasil memenangkan iman atas nafsunya.

Tengok saja misalnya tentang keberhasilan pasukan muslim dalam perang badar, yaitu ketika 315 pasukan menyongsong gemuruh serbuan 1000 pasukan musuh. Logika perang akal biasa pasti bertaruh bahwa pasukan yang memenangkan peperangan adalah pasukan dengan jumlah 1000 prajurit, tetapi fakta sejarah kemudian berkata berbeda. Keberhasilan Muzaffar Quthz dan pasukannya dalam mengalahkan pasukan mongol pada perang ‘ain jalut juga harus mendapat perhatian, karena akal biasa juga sulit untuk melihat kenyataan bahwa Muzaffar Quthz berhasil membawa pasukannya pada kemenangan.

Bukan sebuah kebetulan bahwa dua peristiwa besar tersebut terjadi pada saat ramadhan, ketika mereka sedang menjalankan ibadah puasa. Ramadhan adalah saat dimana keimanan di dalam jiwa seseorang diharapkan meraih kemenangannya, karena bulan tersebut ibarat kawah chandradimuka bagi siapapun yang ingin mengendalikan nafsu sekaligus memenangkan keimanan.

Pada bulan ramadhan, seorang muslim diberi tantangan untuk menahan diri dari apapun yang dapat membatalkan puasa. Menariknya, semua yang dapat membatalkan puasa merupakan aktivitas yang sangat disenangi oleh nafsu. Oleh karena itu, aktivitas berpuasa dapat dianggap sebagai sebuah proses untuk mengendalikan hawa nafsu, membuatnya bertekuk lutut terhadap keimanan.

Agar seorang muslim bersemangat untuk menghadapi tantangan tersebut, mereka dimotivasi berupa reward yang berharga dan berlipat-lipat atas semua perbuatan baik yang dilakukan pada bulan tersebut. Maka, bagi mereka yang berhasil menjalankan ibadah puasa dengan optimal beserta semua perbuatan baik lainnya pada saat bulan ramadhan, dapat dianggp sebagai pemenang karena berhasil memenangkan iman atas nafsunya.

Epilog

Mereka yang berhasil memenangkan iman atas nafsunya merupakan orang yang berhasil meraih kemenangan jiwa. Dalam kaidahnya, kemenangan jiwa merupakan sebuah pengantar atau prasyarat untuk mendapatkan kemenangan dalam dunia nyata. Maka, wajarlah jika kemudian pasukan muslim berhasil memenangkan perang badar dan ‘ain jalut, karena pada saat itu mereka telah meraih kemenangan jiwa. Jiwa mereka sedang mengangkasa, doa yang terpanjatkan berhasil mengetuk langit takdir, sejarah kemudian tidak sungkan untuk berlabuh pada mereka. hari ini kita mengingat dan mengenang mereka sebagai pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun