Mohon tunggu...
Aang Kunaifi
Aang Kunaifi Mohon Tunggu... -

Aang Kunaifi adalah Penulis Buku MEMBANGUN (KEMBALI) INDONESIA KITA. Ia merupakan Intelektual Muda Muslim yang memfokuskan kajian dan pemikirannya mengenai berbagai isu kebangsaan, ketahanan nasional, kepemimpinan dan kepemudaan. Setelah menyelesaikan Master of Sains bidang Ketahanan Nasional Pascasarjana UI, ia bekerja sebagai Trainer/Motivator/Public Speaker di TRUSTCO Jakarta, selain juga mengajar di salah satu PTS di Jakarta. Silaturahim melalui email kunaifi.aangku@gmail.com dan Twitter @Aangku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ramadhan, Kepahlawanan dan Kemenangan Jiwa

17 Juni 2015   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jiwa merupakan wadah bagi konflik antara keimanan yang melahirkan semangat untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keluhuran serta hawa nafsu yang memunculkan sifat egoisme dan mau menang sendiri. Jiwa yang besar merupakan jiwa yang berhasil memenangkan keimanan atas hawa nafsu, membuat siapapun yang memilikinya akan mempunyai semangat untuk berkontribusi dan memberi kemanfaatan dalam kehidupannya untuk banyak orang.

Kemenangan iman atas hawa nafsu juga akan membuatnya mendapatkan tambahan energi yang berlipat-lipat, energi yang membuat mereka tegar dalam menerima cobaan, gagah dalam menghadapi tantangan, serta berani dalam menghadapi ancaman. Energi yang didapatkan membuat mereka mampu menutupi kelemahan fisik yang dimiliki oleh para pahlawan tersebut, karena itu kita kemudian dapat memahami mengapa serdadu Israel sangat takut dengan sosok Ahmad Yasin yang lumpuh, serta pasukan belanda yang kerepotan dengan manuver seorang Jenderal Sudirman yang sedang menderita penyakit yang akut.

Bila kemudian sang pahlawan tersebut merupakan sosok yang mempunyai kekuatan fisik, maka energi yang didapatkan dari kemenangan iman dalam jiwa akan bersatu dengan kekuatan fisik tersebut untuk kemudian memunculkan kekuatan yang dahsyat, kita tentu mengenal Umar Bin Khattab, Khalid Bin Walid, Shalahuddin Al Ayyubi serta Muhammad Al Fatih. Mereka berhasil mengukir prestasi monumental, tercatat abadi dalam sejarah, nama mereka harum semerbak dibawa oleh angin peradaban, tropi peradaban sempat hadir pada genggaman mereka.

Kemenangan Jiwa

Jiwa yang besar merupakan jiwa yang imannya berhasil dimenangkan atas hawa nafsu, keimanan menjadi panglima dan nafsu menjadi serdadunya. Nafsu merupakan tanda kehidupan, karena itu ia jangan dimatikan, cukup dikendalikan saja. Keimanan harus menjadi panglima yang mampu mengendalikan hawa nafsu, membuatnya bertekuk lutut tanpa syarat, memenuhi semua keinginan dari sang panglima.

Sang pahlawan harus terus belajar dan berlatih mengendalikan nafsunya sekaligus memenangkan imannya, proses pembelajaran tersebut harus dilakukan sepanjang masa. Dalam proses pembelajaran dan pelatihan, boleh jadi seorang pahlawan gagal memenangkan imannya, tetapi hal tersebut jangan sampai membuatnya berhenti untuk mengendalikan nafsunya. Sejarah kemudian mencatat bahwa kemenangan yang tidak dapat dicerna dengan akal biasa sering kali ditunjukkan oleh para pahlawan yang berhasil memenangkan iman atas nafsunya.

Tengok saja misalnya tentang keberhasilan pasukan muslim dalam perang badar, yaitu ketika 315 pasukan menyongsong gemuruh serbuan 1000 pasukan musuh. Logika perang akal biasa pasti bertaruh bahwa pasukan yang memenangkan peperangan adalah pasukan dengan jumlah 1000 prajurit, tetapi fakta sejarah kemudian berkata berbeda. Keberhasilan Muzaffar Quthz dan pasukannya dalam mengalahkan pasukan mongol pada perang ‘ain jalut juga harus mendapat perhatian, karena akal biasa juga sulit untuk melihat kenyataan bahwa Muzaffar Quthz berhasil membawa pasukannya pada kemenangan.

Bukan sebuah kebetulan bahwa dua peristiwa besar tersebut terjadi pada saat ramadhan, ketika mereka sedang menjalankan ibadah puasa. Ramadhan adalah saat dimana keimanan di dalam jiwa seseorang diharapkan meraih kemenangannya, karena bulan tersebut ibarat kawah chandradimuka bagi siapapun yang ingin mengendalikan nafsu sekaligus memenangkan keimanan.

Pada bulan ramadhan, seorang muslim diberi tantangan untuk menahan diri dari apapun yang dapat membatalkan puasa. Menariknya, semua yang dapat membatalkan puasa merupakan aktivitas yang sangat disenangi oleh nafsu. Oleh karena itu, aktivitas berpuasa dapat dianggap sebagai sebuah proses untuk mengendalikan hawa nafsu, membuatnya bertekuk lutut terhadap keimanan.

Agar seorang muslim bersemangat untuk menghadapi tantangan tersebut, mereka dimotivasi berupa reward yang berharga dan berlipat-lipat atas semua perbuatan baik yang dilakukan pada bulan tersebut. Maka, bagi mereka yang berhasil menjalankan ibadah puasa dengan optimal beserta semua perbuatan baik lainnya pada saat bulan ramadhan, dapat dianggp sebagai pemenang karena berhasil memenangkan iman atas nafsunya.

Epilog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun