Mohon tunggu...
Kumil Laila
Kumil Laila Mohon Tunggu... -

Selalu berusaha dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Bisa Berbeda?

19 Oktober 2018   11:54 Diperbarui: 19 Oktober 2018   12:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lain ladang, lain belalang, lain lubuk, lain pula ikannya. Peribahasa ini cocok untuk menjelaskan bahwa setiap anak mempunyai gaya belajar yang berbeda, meskipun mereka lahir dari rahim ibu yang sama. Ada anak yang bisa duduk diam. Ada anak-anak yang tidak pernah berhenti bergerak, ada anak yang suka mendengarkan cerita, dan ada juga yang lebih suka membaca buku atau melihat gambar-gambar. 

Sebenarnya, gaya belajar  terbentuk karena beberapa faktor, antara lain faktor bawaan (fisik) dan pola asuh (kebiasaan). Anak yang memiliki fisik sempurna (kuat) biasanya model belajarnya dengan kinestetik, sedangkan untuk anak yang mempunyai nilai seni tinggi lebih dominan pada gaya belajar visual.

Kemudian, bagaimana dengan anak berkebutuhan khusus seperti tuna rungu atau tuna netra?

Jika salah satu anggota anak kurang berfungsi secara maksimal, umumnya indra lain akan menggantikannya. Jika pendengaran seorang anak kurang berfungsi, maka indra penglihatannya lebih menonjol sehingga sianak lebih peka terhadap gambar. 

Mengapa pola asuh dapat menentukan kemunculan gaya belajar anak? Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat anak berusia tertentu, setiap orang tua akan memberikan stimulasi-stimulasi untuk tumbuh kembang buah hatinya. Bentuk stimulasi yang lebih dominan ini yang dapat memunculkan belajar anak. Anak yang dari kecil terbiasa dibacakan dongeng, bisa jadi gaya belajar yang terbiasa nanti  dengan auditori. Sedangkan anak atlet yang kebanyakan waktunya lebih tercurah kepada pengamatan gerakan-gerakan orang tua tuanya, biasanya menjadi seorang dengan gaya belajar kinestetik.

Kemudian, gaya belajar seperti apa yang paling baik diberikan?
Hal yang penting untuk kita ingat adalah bahwa tidak ada gaya belajar yeng paling benar dan baik. Semua gaya belajar akan sesjak apabila si anak mengenali gaya belajar yang paling cocok untuk dirinya. Oleh sebab itu, proses belajar anak yang efektif, kita harus mengenali gaya/tipe belajar si anak. Jika anak tersebut mempunyai orangtua yang sibuk, pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan efektif, termasuk masalah anak. Sebenarnya tidak ada anak yang asli 100 % sebagai anak pembelajar visual, pembelajar audio, atau pembelajaran anak yang memiliki kombinasi dari ketiganya. Namu biasanya seorang anak memiliki kecenderungan untuk  kinestetik. dominan pada satu gaya belajar tertentu.

Lalu. Bagaimana jika gaya belajar anak kita sangat berbeda dengan. anda?

Anda harus tetap ikhlas menerapkan model belajar yang sesual dengan gaya belajar anak Anda. Memaksakan sama dengan gaya belajar anda, itu sama halnya hanya akan membuat anak anda menjadi terbelakang. Jika memang Anda benar-benar tidak bisa melakukannya, mintalah bantuan kepada saudara-saudara anda yang setipe/segaya dengan cara belajar anak Anda.

Terimakasih.
Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun