Mohon tunggu...
Paulus Ibrahim Kumentas
Paulus Ibrahim Kumentas Mohon Tunggu... Guru - Suara dari Ujung Celebes

Curhat seorang suami, ayah, pengacara, guru, hamba Tuhan, agen asuransi jiwa, dan rakyat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romantisme Natal

25 Desember 2016   02:52 Diperbarui: 25 Desember 2016   03:14 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam sebelum tanggal 25 Desember ( tgl 24 Desember malam) seringkali diperingati dengan khidmat sebagai malam natal. Lagu – lagu natal abadi seperti Silent Night, dan O Holy Night seolah-olah menjadi “bukti” bahwa Yesus lahir di malam hari.

Peristiwa Natal memang menjadi sebuah peristiwa “romantis” seromantis candle llight diner, dengan penekanan peristiwa Tuhan Yesus lahir di kandang pada malam hari, karena kedua orang tuanya tidak mendapat tempat penginapan saat sensus penduduk di Betlehem ( Luk 2:7-8).

Sebenarnya Alkitab tidak menjelaskan secara pasti apakah Yesus lahir pada malam hari. Dasar yang dipakai dalam Kitab Lukas 2:8-11 di mana disebutkan bahwa malaikat menampakkan diri kepada para gembala pada waktu malam, dan mengatakan bahwa hari initelah lahir bagimu juru selamat. Para malaikat mengatakan Hari ini, dan bukan saat ini atau baru saja. Frasa hari ini bisa berarti tadi pagi, tadi siang, tadi sore, atau juga bisa malam ini, mengingat bahwa para para malaikat mengatakan ini pada saat malam hari. Artinya kejadian yang terjadi pada saat malam itu adalah peristiwa penampakan malaikat kepada para gembala, sedangkan peristiwa kelahiran Yesus bisa terjadi pada pagi, siang, sore, atau malam.

Tempat kelahiran Yesus pun tidak pernah disebut secara jelas, bahwa Yesus lahir dalam kandang. Alkitab hanya menyatakan bahwa setelah lahir, Yesus dibungkus dengan kain lampin, dan dibaringkan dalam palungan. Memang palungan tempat makanan hewan ternak, tapi Alkitab tidak pernah menyebut kandang secara spesifik sebagai tempat lahir Yesus, bahkan saat malaikat menyampaikan kabar sukacita kepada para gembala, malaikatpun hanya mengulang pernyataan sebelumnya, bahwa Bayi Yesus terbungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan.

Peristiwa Natal yang diperingati saat ini memang sarat dengan akar tradisi. Tradisi bahwa Yesus lahir pada malam natal di sebuah kandang binatang, lengkap dengan tiga orang Majus yang datang menyembah (Alkitab pun tidak pernah menyebut jumlah orang majus yang datang). Bahkan peringatan peristiwa Natal pada tanggal 25 Desember pun merupakan tradisi yang baru lahir pada abad ke-4 di masa pemerintahan Kaisar Konstantin. Belum lagi kalau ditambah dengan tradisi pohon natal dari pohon cemara, lilin natal, santaclaus, dll.

Bahkan Tuhan Yesus pun sebenarnya tidak pernah memerintahkan untuk merayakan Natal. Tuhan Yesus hanya memerintahkan kepada umatNya untuk memperingati kematianNya di kayu salib melalui perjamuan kudus. Jadi apakah merayakan Natal atau malam natal itu salah? Tidak.

Gereja memang sepakat untuk tetap merayakan Natal pada tgl 25 Desember, karena memperingati kelahiran Yesus, ternyata membawa banyak dampak yang baik bagi manusia.

Yang harus dicermati adalah, bahwa bagian paling romantis dari peristiwa Natal bukanlah peristiwa lahirnya bayi Yesus di kandang Betlehem pada malam natal, tapi bagaimana besarnya kasih Allah bagi dunia ini, sehingga Ia mengaruniakanTuhan Yesus bagi seluruh dunia agar dunia bisa memperoleh keselamatan ( Yoh 3:16 ).

Oleh karena itu, Natal harus diperingati secara utuh sampai dengan peristiwa Jumat Agung (Pengorbanan Yesus di kayu salib), Paskah (Kebangkitan Yesus) bahkan sampai peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke surga.
 Mari kita nikmati Natal sebagai karya penyelamatan Agung yang secara aktif yang dirancang dan dikerjakan oleh Tuhan secara komprehensif bagi seluruh umat manusia.

Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun