“PERMAINAN TRADISIONAL VS GAME DIGITAL”
Oleh: Kumala Kusuma Dewi
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan-perasaan tertekan, dll.
Bermain merupakan cara untuk mengkomunikasikan dirinya ke dunia luar mengingat kemampuan berbicara mereka belum sebaik orang dewasa.
(Mayke S. Tedjasaputra)
Baru-baru ini game digital telah membaur dalam kehidupan manusia di berbagai kalangan seiring teknologi tengah berkembang pesat. Dari anak-anak hingga orang dewasa. Game digital ini semakin mudah didapatkan, yaitu hanya dengan men-download (mengunduh) game tersebut melalui berbagai media elektronik yang tersedia seperti tablet, ipad, smartphone, komputer (PC), dsb. Perkembangan teknologi tersebut telah memberi dampak yang cukup serius, dimana kedudukan permainan tradisional yang telah membudaya di masyarakat Indonesia hampir tergantikan dengan keberadaan game digital tersebut, bahkan bisa disebut permainan tradisional hampir punah. Permainan tradisional yang dahulu biasa dimainkan oleh anak-anak, namun kenyataannya saat ini sudah semakin langka.
Game digital telah mendominasi di kehidupan anak-anak jaman sekarang. Bagaimana itu bisa terjadi? Sebenarnya, dalam hal ini orangtua juga memiliki peran. Sebagian orangtua memberi kebebasan pada anak untuk bermain game digital tersebut, bahkan ada orangtua yang membebaskan anaknya untuk memiliki gadget. Melalui gadget tersebut anak akan dengan mudah mengunduh game-game digital sesuai dengan keinginannya. Padahal belum tentu semua game mengandung nilai edukatif. Namun, tidak serta merta semua orangtua memberi kebebasan serupa kepada anaknya.
Terdapat beberapa game digital yang memiliki strategi permainan yang dapat mengasah otak dan kecerdasan. Bahkan keberadaan game dianggap dapat menghilangkan stress atau kepenatan bagi sebagian orang.
Berbeda dengan penggunaan game oleh anak-anak. Anak-anak belum mampu mengendalikan diri, sehingga ketika anak tersebut sering memainkan game digital tersebut, maka timbullah efek ketergantungan dan lebih ironisnya lagi, akan timbul sikap individualis pada anak. Tidak hanya itu saja, tanpa disadari oleh para orangtua bahwa sinar radiasi yang ditimbulkan dari gadget akan berakibat buruk apabila digunakan secara berlebihan. Sinar radiasi tersebut dapat merusak organ mata anak pecandu game digital tersebut. Bahkan si pecandu game digital tersebut dapat mengalami obesitas. Bagaimana tidak? Anak akan lebih sering diam dalam memainkan game digital, karena pada saat tersebut yang aktif bekerja adalah tangan, mata, dan otak.
Beda jauh dengan permainan tradisional yang justru hampir punah ini memiliki segudang nilai positif. Hampir semua permainan tradisional yang ada di Indonesia memiliki makna dan nilai edukatif. Misalnya, dalam permainan Gobag Sodor. Dalam permainan tersebut dibutuhkan ketangkasan, kegesitan, kecerdasan, serta kekompakkan pemain. Selain itu, pemain harus memikirkan berbagai strategi dan mampu bergerak cepat agar dapat melewati garis lawan. Dengan begitu, anak lebih aktif bergerak secara fisik keseluruhan, bahkan permainan tersebut dapat menghadirkan suasana ceria untuk anak. Biasanya ketika bermainn gobag sodor tersebut, akan timbul suasana ramai dan bahkan anak akan tertawa bahagia bersama teman-teman sebayanya.
Dalam aspek sosial, permainan tradisional lebih memberi kesempatan luas kepada anak-anak untuk berbaur dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Sehingga resiko anak bersikap individualis akan memudar.
Dengan perbandingan keduanya, dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional lebih memiliki nilai positif dan manfaat untuk para anak. Walaupun begitu, orangtua tidak serta merta harus melarang anaknya agar tidak mengenal gadget dan bahkan game digital. Cara yang efektif untuk menghindari agar anak tidak kecanduan game digital tersebut yaitu sebaiknya orangtua memberi batas waktu kepada anak dalam bermain game tersebut.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya kepunahan pada permainan tradisional, sebaiknya orangtua mengenalkan bahkan mempraktekan permainan-permainan tradisional yang ada. Dengan begitu, anak diharapkan untuk turut melestarikan permainan tradisional Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H