Selain di sekolah, saya juga belajar dari dan bersama Pak Yanto di organisasi profesi guru, PGRI. Awal menjadi pengurus organisasi profesi ini, ya, karena Pak Yanto.
Tahun 2016, dilaksanakan konferensi kerja PGRI tingkat Cabang Wulanggitang di SMPN 3 Wulanggitang. Agenda konfercab saat itu adalah pemilihan pengurus cabang yang baru.
Pak Yanto mendorong saya masuk dalam kepengurusan menjadi ketua bidang pengembangan profesi. Awalnya saya menolak. Alasan saya, baru 1 tahun saya mengabdi di Hewa. Masih banyak guru lain yang lebih senior dan pantas menduduki jabatan tersebut. Tetapi Pak Yanto meyakinkan saya, "No, ini kesempatan yang baik untukmu."
Sejak saat itu kami bergiat bersama-sama di PGRI. Baik di tingkat ranting maupun cabang. Di tingkat ranting Hewa, Pak Yanto didaulat menjadi dewan penasihat. Di tingkat cabang Wulanggitang, beliau dipercayakan menjadi ketua bidang pengembangan karir.
Tidak hanya menjalankan tugas pokok sebaga guru, Pak Yanto juga terlibat dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan-keagamaan. Dalam urusan keagamaan, Pak Yanto masuk dalam kepengurusan mulai dari basis, lingkungan, dan paroki.
Hidup Pak Yanto selalu diabdikan untuk banyak orang. Orientasi hidupnya adalah pada pengabdian bagi sesama. Meminjam kata-kata Pater Stef Dampur, SVD Pak Yanto adalah "man for others." Hidup untuk menjadi "manusia bagi sesama."
Sabtu, 05 Oktober 2024, tepat saat seluruh dunia merayakan HARI GURU DUNIA, sosok guru yang baik yang mengabdi di kampung nan-sunyi Hewa ini pergi meninggalkan kita semua. Tanpa mengalami sakit berat sebelumnya, hanya gejala sakit di dada, semua mendadak berlalu begitu cepat.
Pak Yanto, Bapak telah mendarmakan seluruh hidupmu untuk pendidikan, khususnya di taman pendidikan Spentig Hewa. Tidak hanya untuk anak murid, tetapi juga untuk rekan-rekan guru melalui organisasi profesi guru PGRI.
Semua dedikasi dan keteladanan yang telah engkau berikan adalah legacy yang akan selalu kami kenang. Selamat jalan Bapak, Rekan dan Sahabat Guru yang baik. Rest in love.