Suara angklung, dentingan botol kaca, bunyi kajon, petikan gitar dan dentingan piano yang mengiringi nyanyian Ica dan Sandro diselingi pekikan suara Amora begitu memukau penonton. Komposisi yang harmoni dalam musikalisasi puisi yang dibawakan anak-anak Spentig Hewa ini mengantar mereka menjadi yang terbaik dalam lomba musikalisasi puisi tingkat SMP se-rayon Wulanggitang.
Musikalisasi puisi adalah membawakan puisi dengan diiringi musik agar pembacaan puisi menjadi lebih menarik dan ekspresif. Dalam perlombaan musikalisasi puisi yang diselenggarakan di SMPN 1 Wulanggitang, Boru, Kecamatan Wulanggitang, Jumat (13/10/2023) ini, ada dua bentuk musikalisasi puisi yang ditawarkan. Pertama seluruh puisi dinyanykan secara utuh. Kedua, sebagian puisi dinyanyikan, sebagian dideklamasikan.
Ada 9 sekolah se-rayon Wulanggitang terlibat dalam perlombaan untuk meriahkan bulan Bahasa tahun 2023 ini yaitu SMPN 1 Wulanggitang, SMPN 2 Wulanggitang, SMPK Santisima, SMPS Ile Bura, SMPN Satap Nobo, SMPN 1 Demong Pagong, SMP Swadaya Tuakepa, dan SMPN 1 Titehena. Puisi yang dimusikalisasi adalah "Indonesia Tanah Ketubanku" karya Pion Ratuloly. Dan setiap sekolah mengirim satu tim yang terdiri dari maksimal 5 orang.
Perlombaan yang diselenggarakan atas kolaborasi Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia rayon Wulanggitang ini tujuannya untuk mengembangkan minat dan bakat peserta didik dalam bidang seni.
Dengan mengusung tema "Generasi Membangun Indonesia Melalui Literasi", perlombaan ini dimaksud meningkatkan kemampuan literasi siswa yaitu melatih kecakapan hidup di abad 21. Melalui perlombaan ini siswa belajar membangun kolaborasi, mengasah kemampuan berpikir kritis, menjalin komunikasi dan bertindak kreatif.
Tim musikalisasi puisi Spentig Hewa tampil dengan menyanyikan sebagian puisi dan mendeklamasikan sebagian lainnya diiringi angklung, botol kaca, keyboard, gitar, dan kajon. Pesertanya berjumlah 5 orang yaitu Maria A. Morena Liwu (Amora), Dominika Marta A. Lewuk (Ica), Aleksander Lue Soge (Sandro), Alexsius Keda Plue (Ius), dan Mikeael Kristanto Hodo (Tanto).
Mereka tampil dengan peran masing-masing. Amora sebagai pembaca puisi dan pemain keyboard. Ica sebagai penyanyi. Sandro sebagai penyanyi dan pemain gitar. Ius sebagai penabuh kajon. Tanto sebagai pemain angklung dan pemukul botol kaca.
Tampil dengan busana daerah, peserta musikalisasi puisi Spentig Hewa mampu mencuri hati dewan juri. Tiga dewan juri: Silvester Hurint, Pion Ratuloly dan Zaenal Boli memberi nilai 254 menjadikan Spentig Hewa sebagai tim terbaik, mengungguli SMPN Satap Nobo dan SMPN 1 Wulanggitang yang menempati di posisi kedua dan ketiga.
Prestasi yang diraih anak-anak pantai Selatan Wulanggitang ini tidak didapat dengan instant. Hasil yang membanggakan ini tidak diraih dengan mudah. Tetapi melalui latihan yang intens dan pengorbanan yang luar biasa.
Yufen Soge, pengaransemen musik sekaligus pelatih yang berkolaborasi bersama guru bahasa Indonesia menjelaskan bahwa prestasi yang diraih berkat latihan yang keras disertai pengorbanan.
"Saya tidak terkejut kalau anak-anak meraih prestasi ini. Karena mereka punya kemampuan. Dan itu ditambah dengan kemauan mereka untuk berlatih  sehingga kita bisa menjadi yang terbaik," ujar staf tata usaha Spentig Hewa yang sudah melahirkan beberapa lagu ini.
Amora, salah satu peserta musikalisasi puisi menuturkan bahwa dia dan teman-temannya mengikuti latihan dengan giat. Selain latihan di sekolah bersama guru pembimbing, di rumah ia juga berlatih secara mandiri. "Selain di sekolah, saya juga berlatih mandiri di rumah dibimbing oleh mama," ujar siswa kelas 7B ini.
Ica, peserta yang tampil sebagai penyanyi, menceritakan bahwa mereka mengorbankan banyak waktu untuk berlatih. Selama latihan, ia dan teman-temannya harus rela waktu istirahat di sekolah digunakan untuk berlatih. Begitu pun ketika waktu sekolah selesai, kadang mereka harus bertahan lebih lama di sekolah. Saat teman-teman yang lain sudah pulang ke rumah, ia harus rela pulang lebih lambat ke rumah di kampung Wodong yang berjarak 4 kilo dari sekolah karena harus berlatih.
Prestasi yang membanggakan ini mendapat apresiasi dari Kepala SMPN 3 Wulanggitang, Kristina Sabu Punang, S.Pd. Dia berharap agar prestasi ini memotivasi peserta didik yang lain untuk tampil mengembangkan bakat dan kemampuan masing-masing.
"Penghargaan yang setinggi-tingginya lembaga berikan kepada para pelatih dan pembimbing yang telah mencurahkan segala waktu dan tenaga untuk mempersiapkan tim musikalisasi puisi Spentig Hewa sehingga mampu tampil menjadi yang terbaik," ujar Kris Punang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H