Buku yang ditulis Mas Anggi Afriansyah ini telah saya terima bulan Desember 2021. Dilengkapi tanda tangan penulisnya. Walau sudah dua bulan, buku ini baru saya tuntaskan sebagai buku kedua yang saya baca di bulan Pebruari 2022.
Buku ini merupakan kumpulan esai Mas Anggi yang tersebar di media nasional dan daerah baik cetak maupun online seperti Kompas, Media Indonesia, Detik.com, Jawa Pos, Koran Jakarta, dll.
Buku setebal (i-xi) 282 halaman ini memuat 52 tulisan yang dikelompokkan dalam enam tema besar yaitu (1)wajah pendidikan di Indonesia, (2)problematika pendidikan di Indonesia, (3)relevansi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam konteks kiwari, (4)sekolah: penguatan dialog, pancasila, anti kekerasan, (5)menguatkan siswa membaca, (6)pergulatan pendidikan di pesantren.
Sebagaimana judulnya, esai-esai dalam buku ini menyorot ihwal pendidikan di tanah air. Lewat tulisan-tulisannya, Mas Anggi ingin merefleksikan situasi pendidikan di negeri ini. Dan juga mengimajinasikan Indonesia yang maju dan sejahtera tetapi diimbangi oleh kesadaran akan wajah pendidikan nasional yang penuh problematika dengan kompleksitasnya.
Sebagai peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengapa Mas Anggi harus menulis isu pendidikan?
Diakuinya (hal.vii-ix), ketertarikannya terhadap isu pendidikan didasari dua alasan. Pertama, alasan personal. Mas Anggi berasal dari keluarga guru. Bukan hanya Bapak atau Mamanya. Tetapi kedua orangtuanya adalah guru. Darah guru ini juga diwariskan kepadanya. Ia masuk keguruan di Universitas Negeri Jakarta. Dan pernah menjadi guru sebelum bekerja di BRIN sekarang. Itulah mengapa dunia pendidikan sangat dekat dan lekat dengannya.
Kedua, alasan subtansial. Mas Anggi melihat situasi kebangsaan saat ini dihadapkan dengan berbagai problem: kekerasan, intoleransi dan radikalisme, politik yang penuh kebencian, pengabaian penguatan karate kebangsaan, marginalisasi kelompok minoritas, kesenjangan dan ketimpangan sosial.Â
Kondisi ini memanggilnya mendalami isu-isu pendidikan dan menuliskannya. Karena mengutip Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus memerdekan. Karena itu orientasi pendidikan harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa.
Saya merekomendasikan buku ini untuk orang yang ingin mendalami pendidikan di tanah air. Isu pendidikan nasional di kupas tuntas di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H