Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyalakan Literasi Kala Belajar dari Rumah

18 Agustus 2021   22:05 Diperbarui: 18 Agustus 2021   22:11 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyambut tahun pelajaran 2021/ 2022, entah PJJ atau PTM yang dijalankan, selama masa pandemic Covid-19 pendidikan dijalankan tanpa membebankan siswa. Karena itu selain memberikan materi yang penting dan esensial, mendesak untuk menyalakan budaya literasi membaca dalam diri siswa mengingat budaya membaca bangsa ini masih rendah.

Beberapa survey menunjukkan bahwa bangsa ini masih lemah dalam literasi baca tulis. UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia adalah 0,001 persen. Artinya dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang memiliki budaya membaca. Sementara berdasarkan hasil test PISA 2018, skor literasi membaca siswa Indonesia adalah 371 dengan rata-rata skor 487. Skor ini menempatkan Indonesia pada peringkat 72 dari 78  negara. Jika dalam kondisi normal saja budaya membaca kita sangat memprihatinkan, bisa dibayangkan dalam situasi pandemic Covid-19 sekarang.

Rendahnya budaya membaca tentu memprihatinkan. Karena membaca itu penting. Manfaatnya sangat besar. Dengan membaca pengetahuan kita diperkaya dan wawasan kita diperluas. Riset yang dilakukan Clark and Rumbold (2006) membuktikan bahwa kegemaran membaca meningkatkan kemampuan untuk memahami teks dan tata bahasa, memperkaya kosakata, meningkatkan wawasan dan prestasi akademik, dan mengembangkan kebiasaan membaca sepanjang hayat (Dewayani, 2021: 26). Temuan Clark dan Rumbold lebih jauh menyebutkan bahwa membaca untuk kesenangan meningkatkan kecakapan emosi dan sosial. Secara sosial, ketika siswa mempelajari orang lain, mereka pun memahami cara memperlakukan perbedaan sikap dan perilaku.

Masa anak-anak adalah masa emas pertumbuhan manusia. Karena itu penting untuk mengenalkan buku dan menanamkan budaya membaca bagi mereka. PJJ di masa pandemic Covid-19 merupakan moment yang tepat membudayakan literasi membaca anak. Waktu yang banyak berada di rumah dapat dimanfaatkan untuk menanamkan semangat membaca dalam diri anak.

Di sini peran guru dan orang tua menjadi penting memberi teladan dalam membaca. Penelitian Cremin et.al (2009) menunjukkan bahwa minat membaca dipengaruhi oleh hubungan sosial anak dengan orang dewasa di sekitarnya. Anak yang memiliki hubungan harmonis dengan orang tua yang gemar membaca, guru yang suka membaca, komunitas yang mencintai buku, cendrung suka membaca. Karenanya kampanye membaca sebaiknya tidak ditujukan kepada siswa di sekolah tetapi juga kepada orang tua, guru dan elemen masyarakat lainnya (Dewayani, 2021: 33).

Sejauh ini hambatan pembudayaan membaca adalah keterbatasan ragam bacaan yang menyenangkan dan tiadanya teladan dari orang dewasa dalam membaca. Karena itu selama PJJ di masa pandemic Covid-19, pertama, guru/ sekolah harus mewajibkan siswa untuk membaca, misalnya, 3 buku selama 1 semester dan membuat resume atas buku yang dibaca. Tagihan atas tugas tersebut bisa dilakukan ditengah atau akhir semester. Di SMPN 3 Wulanggitang, budaya literasi ini mulai dijalankan di tahun pelajaran ini.

Sementara orang tua harus berperan memberi stimulus dan mendorong anak agar semangat membaca. Karena itu selain memenuhi bahan bacaan anak, orang tua perlu meluangkan waktu untuk membaca bersama anak di rumah. Atau membacakan buku dongeng atau kisah bagi mereka.

Kedua, menyiasati kekurangan bahan bacaan, setiap siswa diwajibkan memiliki satu buku bacaan dengan judul yang berbeda. Buku tersebut setelah dibaca lalu ditukar dengan teman dalam satu desa. Sekolah atau guru yang memiliki buku non pelajaran dapat dipinjamkan ke siswa. Pengalaman saya meminjamkan buku kepada beberapa siswa selama masa pandemic Covid-19 menunjukkan bahwa siswa memiliki semangat membaca namun kesulitan bahan bacaan.

Terakhir, dalam membangun budaya literasi membaca, perlu kolaborasi semua stakeholder. Pemerintah desa dan komunitas literasi yang ada di desa juga perlu dilibatkan dalam penyediaan bahan bacaan dan pendampingan anak membaca. Apabila semua stakeholder bekerja sama dan sama-sama bekerja niscaya PJJ di masa pandemic Covid-19 dapat menjadi momentum meningkatkan budaya literasi membaca anak. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun