Karena itu ketika menemukan kubur yang kosong, tentu kita akan merasa sedih. Ini adalah kehilangan yang kedua. Kita mengalami kehilangan saat keluarga meninggal. Maka ketika kubur mereka juga hilang, ini adalah kehilangan yang lebih memilukan. Karena tidak ada yang lebih memilukan setelah mengalami kehilangan yang kedua. Sungguh sedih sekali.
Bagi kami orang Leuwayan (tentu juga yang lain) kunjungan ke kubur adalah tradisi pada moment tertentu, hari raya misalnya. Juga sebuah aktivitas wajib ketika kami yang tinggal di luar desa ada kesempatan kembali ke kampung. Berziarah ke makan keluarga membakar lilin sambil berdoa. Sebuah dialog dengan keluarga yang sudah meninggal. Berziarah ke makam juga adalah sebentuk kunjungan, sapaan dan jalinan komunikasi.
Lalu ketika kubur-kubur itu telah kosong, hilang tak berbekas, kemanakah kami akan berkunjung bila pulang kampung nanti? Di manakah lilin ini akan kami bakar di saat kesempatan pulang libur nanti? Untuk semua keluarga yang telah meninggal yang dikuburkan di pekuburan umur Raq Utuq, walau kubur telah kosong tetapi kalian semua masih tetap ada di hati orang-orang Leuwayan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H