Natal datang lagi. Hari yang dinantikan oleh umat Katolik seluruh dunia kini telah tiba. Setiap tahun, 25 Desember diperingati sebagai hari lahir Yesus Kristus, atau dikenal dengan hari raya Natal. Natal adalah moment di mana Tuhan menggenapi janjiNya bagi manusia. Allah mengutus PutraNya untuk menjadi menebus dosa umat manusia.
Setiap kali merayakan Natal, ada beberapa moment penting yang dicatat dari peristiwa kelahiran Isa Almasih ini. Pertama, pulang ke daerah asal. Dikisahkan bahwa peristiwa Natal tidak terlepas dari kepulangan Yusuf bersama Maria ke daerah asalnya.Â
Mereka berdua yang saat itu berada di Nazareth, kampung halaman Maria harus melakukan perjalanan kembali ke kota asal Yusuf, Betlehem. Kedua, penolakan. Kepulangan dari tanah rantau tidak dilalui dengan mudah. Yusuf harus menerima kenyataan penolakan di tanah asalnya sendiri. Tidak ada rumah yang sudi membukakan pintu mereka untuk Yusuf dan Maria.
Ketiga, kesederhanaan. Karena penolakan ini, mereka harus menginap di kandang hewan. Saat itu, Maria yang sedang mengandung dari Roh Kudus telah tiba waktunya untuk melahirkan. Di kandang hina itu, Maria melahirkan Putra Allah yang dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di dalam palungan. Kandang hewan dan palungan adalah potret kesederhaan hidup. Keempat, kesetaraan. Kelahiran Tuhan Yesus sebagai manusia melalui Maria menggambarkan kesetaraan manusia. Di mata Tuhan, semua manusia adalah setara.
Bila mengingat perayaan Natal sejak kecil di kampung, sambutan terhadap hari Natal selalu mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Saat kecil dulu, pembuatan kandang Natal adalah moment yang selalu dikenang. Setiap tahun bentuk kandang Natal selalu berubah. Kadang dibuatkan dari susunan ranting-ranting pohon bakau.Â
Di waktu lain dibuatkan kandang dari bambu yang diatapi daun kelapa. Tugas kami sebagai anak-anak adalah mencabut rumput sebagai alas kandang. Lalu berebutan mengambil patung Santu Yusuf, Bunda Maria, Tuhan Yesus, malaikat, gembala dan hewan untuk diletakkan di dalam kandang.
Kini, pembuatan kandang Natal juga disertai dengan pohon Natal. Kandang dan pohon Natal ini tidak hanya dibuat di gereja tetapi juga di rumah-rumah umat, dan setiap sudut-sudut gang/ lorong. Perayaan Natal pun semakin semarak dengan kerlap-kerlip warna lampu.
Tahun 2020 ini, perayaan Natal terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Natal harus dirayakan dalam suasan duka di tengah situasi dunia yang masih mencekam akibat meninggalnya jutaan manusia karena serangan virus corona.
Serangan Covid-19 ini menghadirkan beberapa moment yang sama dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus 2020 tahun lalu. Salah satu upaya menangkal peyebaran virus corona yang terus menggila adalah dengan kembali ke rumah. Orang dilarang untuk berkerumun dan diminta untuk tetap berada di rumah. Para pekerja dirumahkan. Siswa-siswi dirumahkan. Pekerjaan harus dijalankan dari rumah. Moment ini mengingatkan kita ketika Yusuf harus kembali ke rumah, tanah asalnya.
Serangan virus corona menyasar siapa saja. Virus ini tidak memilih sasaran. Baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda, anak-anak atau dewas, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat biasa semua berpotensi terinfeksi Covid-19. Serangan virus tanpa membeda-bedakan ini mengajarkan bahwa semua manusia itu setara.Â
Di hadapan virus corona, tidak ada manusia yang lebih hebat dari yang lainnya. Kita semua sama. Halmana telah ditunjukkan Tuhan Yesus dalam peristiwa kelahiranNya. Kerelaan Tuhan untuk lahir sebagai manusia menunjukkan bahwa makhluk ciptaanNya sama dan setara di mataNya.
Di masa pandemic Covid-19 ini, kita melihat, mengalami atau melakukan penolakan terhadap sesama saudara yang terinfeksi korona. Di saat-saat sulit ini, mereka yang terpapar Covid-19 ada yang mengalami pengucilan. Di tolak untuk kembali ke rumah, atau kampung halamannya. Penolakan ini mengingatkan kita akan apa yang dialami Yusuf dan Maria ketika meminta tumpangan di rumah-rumah penduduk.
Tahun ini, KWI menetapkan tema Natal "Mereka akan menamai Dia Imanuel" (Matius, 1:23) yang artinya Allah menyertai kita. Tema ini membangkitkan optimisme iman umat Katolik bahwa di tengah pandemic Covid-19 yang melanda dunia saat ini, Allah tetap setia bersama umatNya. Ia tidak akan meninggalkan kita. Yang terpenting adalah kita orang Katolik harus terus menunjukkan kesetiaan kita pada Dia yang telah mengutus PutraNya untuk keselamatan kita.
Bila Allah tetap setia bersama kita di masa pandemic Covid-19 ini, manusia juga dituntut untuk harus setia bersama sesama saudaranya yang lain. Kesetiaan terhadap sesame dapat ditunjukkan dalam sikap solider terhadapa sesame. Solidaritas mesti harus terus dipupuk di tengah serangan virus yang terus merenggut nyawa kita ini.
Perayaan Natal di tengah pandemic Covif-19 akan bermakna bila kita menghayati pesan solidaritas yang telah ditunjukkan Yesus dengan rela meninggalkan singgasana dan menanggalkan kemahakuasaanNya dan rela menjalani ziarah hidup bersama manusia di dunia.
Selamat Natal bagi sesama Saudaraku yang merayakan.Â
Flores, 24 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H