Sebagaimana judul artikel yang McGinnis terbitkan bahwa ada Two FOs, maka FOMO bukanlah satu-satunya FO yang harus diwaspadai. Adalah FOBO atau Fear Of a Better Option artinya rasa takut atau khawatir akan selalu ada pilihan yang lebih baik. Istilah ini memang kurang terkenal dibanding FOMO, namun dampaknya lebih merugikan. FOBO bisa dikatakan sebagai penyakit yang membuat manusia merasa berkelimpahan pilihan hingga merasa perlu membuka opsi terus menerus karena takut ada pilihan yang lebih baik.
Lebih lanjut McGinnis menjelaskan dalam bukunya bahwa FOBO kebalikan dari FOMO. Jika FOMO medorong seseorang untuk melakukan sebanyak mungkin hal karena tidak ingin tertinggal, FOBO justru membuat seseorang terdiam, tidak melakukan apa-apa.
FOBO merupakan cara pikir yang membuat seseorang berusaha ingin memilih yang lebih baik setiap kali membuat keputusan. Dan ketika seseorang mencari pilihan yang terbaik, ia juga tetap terbuka untuk segala opsi lain. Akhirnya ia pun terjebak dalam dunia yang ambigu, ia sulit mengatakan 'ya' atau 'tidak' dengan pasti. Orang yang FOBO cenderung egois karena menjaga semua pilihan agar tetap tersedia selama mungkin dan hal ini berdampak bukan hanya pada dirinya sendiri tapi juga pada kehidupan orang lain.
Sebagaimana FOMO, teknologi memiliki pengaruh pada seorang mengalami FOBO. Orang dengan FOBO senantiasa mengobral janji, ia sulit untuk berkomitmen atas satu pilihan sehingga ketika ia rasa masih bisa menentukan waktu dan tempat sesuai keinginannya ia bisa kapan pun membatalkan janji. Dalam hal ini teknologi sangat berperan pada siklus pembatalan janji. Ia akan mengirim pesan teks yang beralasan, entah satu hari atau bahkan satu jam sebelumnya dan meninggalkannya untuk opsi yang ia pilih. FOBO membuat orang bersembunyi di balik teknologi dan sukar menghadapi realitas yang menjadi konsekuensi dari pembatalan janji tersebut.
FOBO bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain.
Fomo VS Perlawanan
McGinnis menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan FOMO beragam, namun emosi yang ditimbulkan selalu sama. Yaitu ketika seseorang melihat suatu peristiwa dan ia merasa harus melakukannya juga.
Dalam pertempuran untuk merebut otonomi diri, kita harus mampu menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya. Termasuk juga dalam berteknologi, kita perlu merenungkan dan menata ulang hubungan dengan ponsel dan aplikasi. Bukan sepenuhnya melepas diri dari teknologi atau internet karena itu mustahil di zaman sekarang, namun melakukan kendali atasnya.
"Tujuannya bukanlah melepas sepenuhnya berhenti mengkonsumsi konten digital, tapi mengendalikannya." -- McGinnis
Sedangkan FOBO, masalah yang ditimbulkan selalu berkaitan dengan proses. Orang dengan FOBO menolak mengambil risiko sehingga ia diam tidak mau melakukan apa pun. Dalam pengaruh FOBO ia melihat semua opsi yang dimilikinya itu penting dan terlihat sama baik, inilah yang sulit. Maka ketika dipengaruhi oleh FOBO kita harus bersikap tegas dan memilih untuk bertindak.Â
Mengingat bahwa kita sedang memilih yang terbaik dan akan ada pilihan lain yang dilepaskan untuk terus melanjutkan langkah ke depan.