Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamin dan Dusun Karangkulon sebagai  wilayah administratif tak ubahnya hubungan "cinta kasih" di antara dua sosok. Atas nama cinta kasih Alloh SWT., Islam diterima di Dusun Karangkulon. Demikian pula sebaliknya.Â
Keterkaitan antara Islam dan Dusun Karangkulon begitu menarik untuk diurai. Dalam hemat penulis, sebagian masalah yang ada diseputar pedukuhan saat ini ada kaitan dengan hubungan antara Islam sebagai agama dan Dusun Karangkulon sebagai wilayah yang administratif yang senantiasa dinamis dan menggapi berbagai macam hal dan situasi mengenai keduanya.Â
Mulai dari masalah-masalah yang mengakar pada ideologi negara seperti, intoleransi, separatisme hingga masalah yang terkait dengan ekonomi seperti ekonomi Islam, pandangan mengenai pesta rakyat (majemukan) yang disimbolkan dengan gulungan dan sholawat yang diiringi dengan tarian adat.Â
Hubungan antara Islam dan Dusun Karangkulon tak semudah memajangkan dua kata "Islam dan Dusun Karangkulon". Agama Islam yang begitu melekat di pedukuhan ini menjadikan masyarakat begitu kental dengan keislamannya. Di Dusun  Karangkulom sebagian besar masyarakatnya adalah beraliran Nahdatul Ulama, yang tinggi akan toleransi nya.Â
Penulis perhatikan memang ada sejumlah perbedaan karakteristik yang cukup fundamental di Dusun Karangkulon mengenai Islam  yang begitu kental dengan ke NUan nya, sehingga aliran lain sangat menjadi minoritas disana, Tentu saja dimana-mana selalu ada pengecualian, tidak selamanya sama dan seragam. Selalu ada warna-warni. Â
Masyarakat Dusun tampak lebih mementingkan persoalan membangun relasi sosial yang harmonis antar-kelompok etnis dan agama. Dalam upaya merawat--atau demi menjaga -- kemajemukan itu, tak jarang mereka bersedia "mengorbankan" ke-ego-an, supremasi, dan identitas primordial keagamaan (atau etnisitas) mereka.Â
Masyarakat Dusun dalam menyusun rencana cenderung berpikiran sederhana tapi memiliki makna yang dalam, seperti dalam acara-acara besar yang di adakan setiap tahunnya, yang akan melibatkan semua warga Dusun, namun yang menjadi khas mereka yaitu kesederhanaan yang bernilai, yang selalu menjunjung tinggi rasa gotongroyong.Â
Bagi mereka, dalam batas tertentu, membangun toleransi dan hubungan sosial yang harmonis antar-kelompok agama dan masyarakat jauh lebih utama ketimbang berfoya-foya namun tidak seiringan. Islam di Dusun Karangkulon lebih menomorsatukan persoalan "ibadah sosial" ketimbang "ibadah individual".Â
Islam di Dusun Karangkulon tampak lebih rileks, lentur, dan fleksibel dalam beragama. Islam yang menjadi ke khasan nya dari Dusun karangkulon yakni lebih mendahulukan pembangunan hubungan sosial-kemasyarakatan yang baik dan harmoni.Â
Islam dan Dusun Karangkulon memberikan kecenderungan lebih bersifat dan berperilaku toleran, inklusif, pluralis, dan tidak terlalu fanatik dalam beragama dalam memandang, memahami, dan mempraktikkan keislaman. Dusun Karangkulon percaya adanya karomah dari pada wali yang tersebar di Dusun itu.Â
Kentalnya keislaman dan kentalnya adat istiadat, yakni seperti pesta rakyat yang di sebut 'Majemukan', adat ini sudah menjadi adat yang turun temurun dari para leluhur Dusun Karangkulon. Leluhur Dusun Karangkulon merupakan orang-orang yang mulia (waliullah), Orang-orang yang jiga oleh Alloh, sehingga di beri karomah yang luar biasa mulia nya, yang hingga saat ini dapat dirasakan oleh masyarakat Dusun Karangkulon.Â
Pesta rakyat Majemukan di ikuti oleh warga karangkulon mulai dari RT 1 sampai RT 9, Kegiatan dimulai setelah sholat isya' berjamaah, acara diawali dengan pembukaan di depan masjid Ar-Rahmani di lingkungan pondok pesantren Ar-Ramly serta doa yang dipimpin oleh Abah Yai Ahmad Zabidi Marzuqi Lc.Â
Setelah doa bersama kemudian Para pemuda menggotong Gunungan Sayur dan Gunungan Tumpeng ke Balai Dusun diiringi dengan sholawat dan lagu-lagu khas Jawa yang dilantunkan oleh Tim Drum Band Dusun Karangkulon. Lalu berdoa bersama dengan harapan mendapatkan barokah dari acara tersebut, kemudian gunungan yang menjadi simbol Majemukan tadi dibagikan kepada hadirin dengan cara di lempar.Â
Bahtiar selaku ketua pemuda karangtaruna mengatakan "manfaat dari majemuk itu sendiri sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas limpahan nikmat yang diberikan. Terutama nikmat panen. Selain itu sebagai wadah bersatunya seluruh elemen dari masyrakat karangkulon baik dari anak-anak, pemuda, orang dewasa dan lainsia.Â
Dan yang paling penting adalah memanjatkan sholawat baik hadroh, rodad, maupun sholawat jawa kepada kanjeng nabi Muhammad sehingga kita semakin yakin terhadap syafaat Rasulullah SAW.Â
Mengharapkan ridho Alloh dalam semua kegiatan di Dusun Karangkulon ini menjadi sesuatu yang utama bagi setiap orang yang mengikuti kegiatan, serta ini selalu diingatkan kepada para pemuda-pemudi di Dusun Karangkulon yang menjadi panitia dalam seluruh kegiatan.Â
Penulis : Kania Sekar Ayuni (KKN MIT Kelompok 65)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H