Penelitian alat ukur suhu ini kemudian terus berkembang, hingga saat ini secara umum, sebagian besar masyarakat di seluruh dunia menggunakan satuan suhu Celsius dalam pengukuran suhu. Selain itu, terdapat pula satuan Fahrenheit yang dipakai di Amerika Serikat serta Reamur yang dipakai pada beberapa produsen keju di Perancis. Sementara itu, para ilmuwan menyepakati satuan Kelvin sebagai satuan suhu internasional. Satuan ini pula yang banyak dipakai pada ranah ilmu pengetahuan. Setiap satuan suhu ditetapkan berdasarkan dua keadaan yang dijadikan batas bawah dan batas atas skala.
Satuan Celsius diusulkan oleh Anders Celsius pada tahun 1742. Batas bawah satuan Celsius yaitu 0 ditetapkan dari suhu es murni yang melebur sementara batas atasnya ditetapkan berdasarkan suhu air yang mendidih pada tekanan satu atmosfer. Dua nilai ini kemudian dibagi menjadi 100 tahapan, sehingga istilah asli untuk skala ini adalah "centigrade" atau "centesimal" yang berarti 100 bagian. Tahun 1948, nama sistem ini diubah menjadi Celsius, sebagai bentuk penghargaan bagi Anders Celsius.
Satuan Fahrenheit diusulkan oleh Gabriel Daniel Fahrenheit yang ingin menghindari suhu negatif pada skala Ole Rummer. Fahrenheit menentukan batas bawah 0F sebagai suhu campuran sama rata antara es dan garam melebur. Batas bawahnya pada titik 96F didasarkan pada temperatur darahnya. Pada skala Fahrenheit, air membeku pada suhu 32F dan mendidih pada suhu 212F.
Satuan Kelvin tidak ditulis dalam "derajat" seperti Celsius dan Fahrenheit. Satuan kelvin "absolut" karena berawal dari nilai nol absolut (0 K) yaitu suhu dimana seluruh partikel berhenti bergerak. Suhu absolut menerangkan besarnya energi gerak rata-rata yang dimiliki atom dan molekulnya. Satuan Kelvin paling sering ditemui sebagai "suhu warna" lampu. Bola lampu pijar berwarna kekuningan dengan suhu sekitar 3000K. Artinya, spektrum warna kuningnya sangat mirip pancaran alami benda panas pada suhu 3000K. Titik kesetimbangan air, es dan uap air berada pada suhu 273,15K dan air mendidih pada suhu 373,15K.
