Ada pertanyaan menarik tentang bagaimana bersikap menjadi seorang wanita muslim. Salah satu jawabannya adalah jangan memilih suami dengan pertimbangan ia kolot dengan agamanya, entah seiman ataupun tidak.Â
Lelaki kolot jika ia seiman dengan anda cenderung menganggap dirinya lebih unggul. Padahal dalam Islam, suami dituntut mengedepankan prinsip syuro dalam berkeluarga. Tentu jawaban ini untuk anda yang percaya bahwa semua di hadapan Tuhan sama, apapun jenis kelaminnya.Â
Pria dengan kekolotannya akan banyak menimbulkan ketidakpuasan, mengeksalasi perasaan marah, dan memicu ruang kecewa. Kecewa adalah bibit dari ketidakpercayaan. Meskipun satu paragraf lebih dijelaskan imbas daripadanya, kolot memiliki sifat dadakan dan sukar disadari pemicunya. Kolot ya kolot kurang lebih begitu.Â
Mayoritas menyebut kolot bawaan dari lahir, bisa juga tidak. Kolot lebih kepada kemutlakan persepsi benar / salah. Ada satu kiasan : Tuhan menurunkan kebenaran ke dalam lima tingkatan, yang boleh diketahui manusia hanya sampai tingkat ketiga.Â
Lalu kenapa manusia cenderung suka berselisih paham dalam tingkat yang sepenuhnya belum mereka kuasai. Mungkin perasaan ingin lebih unggul adalah suatu pemicu, entah disadari ataupun tidak. Maka dari itu adab lebih utama dibanding akal. Dan jika memang kolot, usahakanlah sedikit beradab.Â
Jakarta, 7 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H