Mohon tunggu...
Muhammad Fachri Darmawan
Muhammad Fachri Darmawan Mohon Tunggu... Freelancer - Alma Matters.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lekuk Kebimbangan

8 Desember 2017   11:09 Diperbarui: 8 Desember 2017   11:12 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sampai di depan rumahku. Membuka gerbang dan mengetuk pintu rumahku sebanyak 3 kali, pertanda aku pulang. Tetapi, tidak ada yang membukakan pintu itu, dan aku mengetuk kembali sebanyak 3 kali, dan tidak ada juga yang membuka pintu itu. Akhirnya, aku duduk sebentar di kursi depan pintu, tak berselang lama, pintu terbuka. Aku melihat, Wajah yang sangat berbeda dengan wajah-wajah yang sebelumnya aku lihat. Kali ini, bukan saja menghakimiku, bahkan wajah kali ini adalah wajah yang ingin membunuhku. Wajah yang ingin melenyapkanku dalam kehidupan ini. Aku melihat wajah tersebut dan tertunduk lesu. 

Apa yang sedang aku rasakan? Bahkan di tempat seperti ini, jauh lebih mencekam dibanding tempat-tempat lain. Wajah itu masuk ke dalam rumah, membiarkan pintu itu terbuka. Aku ragu untuk masuk ke dalam rumah itu. Aku berpikir terlebih dahulu, duduk dengan santainya di kursi depan pintu, sambil bersiul untuk menghilangkan keraguanku. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi, aku harus menentukan sekarang juga apa yang harus aku lakukan. 

Aku menutup pintu dan gerbang yang terbuka untukku. Dan aku berjalan menjauhi rumahku. Dengan sedikit berlari, denga raut wajah yang meringis. Mereka semua, sudah menghakimiku, aku harus pergi jauh dari tempat, di mana mereka semua menghakimiku. Aku melihat jam di tangan kiriku, menunjukkan pukul 2 pagi. Keringat kembali membasahi punggungku dan jug sekujur tubuhku sudah basah oleh keringatku. Aku sampai di tempat di mana, wajah-wajah yang menatapku, dengan senyum kebahagiaan, dengan penuh sikap keibuan, dan penuh dengan rasa ketulusan. Tempat itu, tidak terlalu besar dan tidak terlalu mewah, tetapi di dalamnya, penuh dengan kepuasan. Entah kenapa, aku kembali lagi ke tempat seperti ini. Tempat di mana, lelaki berpelesir dengan begitu enaknya, tempat di mana kebejatan lelaki dilertontonkan dengan penuh kesadaran, dan tempat di mana kekuasaan lelaki hanya pada kepuasan. 

Mereka, memperhatikanku, dengan wajah yang jauh berbeda dari sebelumnya, raut wajah yang membuat diriku seolah-olah orang yang sangat diperlukan dan diperhitungkan, walau hanya untuk kepuasan. Di sinilah, tempat di mana aku dapat diterima oleh segelintir orang dan di sinilah aku dapat suatu kebebasan dalam menentukkan pilihan. Aku masuk ke kamar, dan di sana sudah ada lelaki yang penuh dengan semangat vitalitas membara yang menungguku. Ku tutup pintu dan aku kunci pintu itu dengan kuatnya, ku matikan lampu, membuka bajuku, pakaian dalamku, dan bra ku. Aku menuju kasur dan mengambil selimut, dan bermain dengan lelaki tersebut, aku tak tahu apa yang aku rasakan, tetapi ini membuatku bebas dan puas, serta lepas. Dan hanya ini yang membuatku melupakan segala kebimbangan dan keraguanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun