: Aku kira freestyler tidak punya kitab tahan banting, ternyata eh ternyata...
Aku tahu, pasti ada yang mengganjal dalam benakmu ketika tengah tampil di depan umum. "Ih, itu olahraga apaan, sih? Kok, kesannya seperti melihat mereka menari-nari tidak jelas begitu?" Atau yang lebih parah, "Ah, ini tontonan tidak menarik. Lebih baik aku nonton film ketimbang melihat topeng monyet yang asyik bereksperimen dengan bola sepak miliknya. Basi."
Anggapan itu pastinya akan merendahkan martabat dan perasaanmu. Aku percaya, dibalik hinaan itu, pastinya kau akan melihat dan meraba masa depanmu, dengan menggeluti kesukaan yang tidak biasa ini. Mana mungkin kau akan mengatakan kepadaku bahwa, "Itu satu anggapan murahan dan rasanya menyakitkan hati". Tapi, kau malah menganggapnya sebagai suntikan semangat untuk jadi lebih baik lagi.
Aku malah menyukai inisiatifmu untuk mengabaikan anggapan-anggapan kampungan itu. Engkau dan bola yang biasa kau mainkan juga bisa maju kedepan dalam melawan stigma negatif dan melangkah menuju pantai masa depan yang indah dalam kehidupan ini.
Dulu, kau pernah berkata, "Kalau hinaan dan cacian itu disimpan terus, mau sampai kapan bisa maju untuk memperbaiki kehidupanku sendiri. Aku tidak pernah ambil pusing akan semua itu. Santailah. Dunia tidak hancur bila menjadi freestyler." Aku tertawa terbahak mendengar perkataanmu itu. Lucu juga kalau kau berkata bahwa 'dunia takkan hancur karenanya'. Baiklah.
Bila kau ingin menerbitkan kitab freestyler, rekrutlah aku untuk menulis sabda-sabda yang akan disimpan dalam benak semua calon freestyler, khususnya bagi yang masih amatiran dan cengeng dalam menggeluti olahraga istimewa ini. Ya, aku akan menulis sabdanya, kurang lebih begini:
"Lupakanlah semua hinaan itu, tataplah masa depan yang ingin kau raih!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H