Tak disangka ada chat masuk di WhatsApp cak biru. Aku yang sudah lebih dulu memalingkan wajahku dari layar hpnya tak tahu apa isi chat masuk itu. Tiba tiba cak biru diam dan kaku beberapa detik, "Ya Allaaah" katanya sambil berdiri untuk sujud menghadap ke barat. Aku bertanya-tanya, kenapa dengannya. Aku tunggu sujud panjangnya, mungkin sujud akan rasa syukurnya. Tapi sebab apa?. Raut wajahnya berubah kemerah merahan. "Ternyata Najwa yang mengechatku, dia pinjam hp pengurus pondoknya" kata cak biru bersemangat.Aku terdiam ikut kaget, "Alhamdulillah" ucapku tanpa sengaja. Terharu, sumringah, merinding perasaannya. Lalu ia melanjutkan chat yang ditunggu tunggu olehnya. '
~Sebuah masa yang terlalu lama
emosi akan masa ejakulasi rasa
kapan kau akan menyapa
Dan akhirnya datang juga.~
Rindu itu seperti kuku yang harus dipangkas dengan bertemu. Meski hanya lewat jalan virtual misalnya.
Lantas aku menepi dan memulai tulisan ini. Tak lama cak biru memanggilku "zy, nuzy, lihat ini" ia memanggil ku sambil  berkaca-kaca bibir matanya. 'Kulo Istikhoroh setiap malam Sabtu, pengen melihat wajah smean. Alhamdulillah, Allah meridhoi'. Kata najwa dari ujung sana. Lalu cak biru menambahi dengan berkata "Masih belum percaya dengan kekuatan spiritual?". (Aku terdiam tak melanjutkan tulisan ini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H