Mohon tunggu...
Kubus Ide
Kubus Ide Mohon Tunggu... lainnya -

desain grafis, kartun, ilustrasi, dongeng, cernak ::: twitter @kubusIDE ::: Novel Anak #LupiMissPalopa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu Melarangku Menulis!

20 Desember 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:41 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman,

(Bolehkah kupanggil demikian?)

Di dunia nyata, kita memang tidak saling kenal

Kita hanya bertegur sapa lewat layar teknologi

--

Ibu melarangku menulis

Begitu katamu beberapa hari lalu

Saat itu aku berpikir, ibu macam mana yang melarang anaknya menulis?

Menulis jelas lebih bermanfaat dibandingkan keluyuran menikmati gemerlap malam

Menulis juga jauh lebih bermartabat daripada menertawakan orang yang diguyur tepung

--

Terlintas juga dalam benakku, apakah ibumu tidak pernah membaca?

Nama Shakespeare tidak akan abadi, andai ia tidak menulis tentang seorang pemuda yang meminum racun saat melihat kekasihnya terbujur kaku

Kita tidak akan tahu betapa menakjubkannya dunia sihir, jika Rowling tidak menulisnya

Kita tentu terus menduga kehidupan pesantren itu lurus dan cenderung membosankan, jika Kang Abik tidak menulis cerita tentang pemuda berambut gondrong yang naik kereta api dalam perjalanannya ke sebuah pesantren

--

Saat kau curhat ibu melarangmu menulis

Beberapa teman menyemangatimu, mereka juga mengalami hal serupa

Mereka bercerita tentang jalan yang diambil, abaikan ibu dan terus menulis

Mereka berkisah ibu akhirnya merestui setelah mereka mengukir kata "ibu" di halaman ucapan terima kasih di buku yang mereka tulis

--

Itu kah yang kau mau?

Terus menulis dan mengabaikan permintaan ibu?

--

Namun

Pernahkah kau sejenak merenung,

Benarkah ibu melarangmu menulis?

--

Teman,

Hari ini aku mengerti mengapa Ibu berkata berhenti lah menulis, Nak

Ibumu sebenarnya tidak melarang, ia hanya mengungkapkan rasa khawatirnya

Sesungguhnya ibu khawatir akan masa depanmu

Kau habiskan waktu siangmu di kantor, sibuk bekerja

Kau tandaskan waktu malammu di kamar, sibuk merangkai kata

Ibumu hanya khawatir, kapan kau akan mengenal lelaki?

Lelaki yang akan mengajakmu merangkai kisah masa depan

Kisah yang tidak hanya tertulis di kertas

--

25

Bukan lah angka yang menakutkan bagimu

Kau yakin masih banyak waktu untuk mengisinya

Tapi bagi ibumu?

Ibu khawatir waktu akan melibasmu

Tentu kau tahu, waktu itu relatif

Bisa saja tanpa sadar ia telah melewatimu

--

Teman,

Kau pasti tahu apa itu kompromi kan?

Kau melakukan apa yang ibu minta dan kau tetap bisa melakukan apa yang kau inginkan

Ibu memintamu membuka pintu hati, melangkah keluar dan mengenal lelaki

Apa salahnya melakukan itu?

Dan ibu pasti akan lebih bahagia jika kau memilih jalan yang lebih baik, menemui lelaki di ruang tamu dengan ditemani ayah-ibu

--

Jika semudah itu

Kenapa tidak kau lakukan permintaan ibu?

--

Dan tahukah kau

Kelak kau bisa menulis hal itu

Cerita tentang lelaki yang mencoba mengukir namanya di hatimu

Mereka yang gagal

Atau seseorang yang berhasil

--

Jika kau beruntung (semoga saja) menemukan lelaki yang mencintai

Kau bisa menulis cerita yang lebih indah dari kisah Habibi yang mencintai Ainun sepenuh hati sampai mati

Dan kalaupun kau kurang beruntung

Kau bisa membaca hidup Rowling

Sebelum menciptakan dunia sihir, ia orangtua tunggal yang hidup semenjana

--

Itulah hebatnya menulis

Kau bisa menulisnya saat bahagia menciummu

Kau juga bisa menulisnya saat sedih mengecupmu

--

Teman,

Aku tidak memintamu melakukan apa yang aku tulis ini

Aku hanya meminta sedikit waktumu untuk membaca ini

lalu merenungkannya

Hanya itu

Tidak lebih

--

Apapun yang kamu pilih

Aku berharap semoga kau mendapatkan yang terbaik

--

Terima kasih sudah meluangkan waktumu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun