"(Jerigen) Minyak lebih kuat daripada pedang" -- Senator Dirksen
Dalam Artikel yang penulis tayangkan pada akhir 2014, penulis menyebutkan bahwa tindakan OPEC memainkan harga minyak dunia bertujuan untuk "mematahkan" kekuatan dari pengebor baru, terutama Iran dan Amerika Serikat. Sayangnya kita semua tahu, hal tersebut tidak berhasil. Hal tersebut tampaknya sedang (dicoba) diulang kembali.
Asal Mula Cerita
Minggu lalu, setelah perundingan OPEC dengan Rusia gagal mencapai kesepakatan, pemerintah Arab Saudi menggunakan senjata pamungkasnya, yaitu akan segera meningkatkan produksinya hingga 12 juta barrel per hari pada bulan April 2020.
Selama ini Arab Saudi menahan produksinya pada level 9,7 Juta Barrel, dengan harapan agar harga dunia stabil tinggi.
Gayung bersambut, produsen minyak lainnya seperti Uni Emirat Arab turut mengamini, dengan meningkatkan produksi mereka. Tujuannya sama, untuk ramai-ramai menghajar industri minyak Amerika Serikat.
Sementara itu, gabungan dari efek pelemahan ekonomi dunia akibat perang dagang dan penurunan permintaan yang disebabkan oleh virus Covid-19 menyebabkan harga minyak dunia semakin tertekan.Â
Pada 16 maret 2020 harga minyak West Texas Intermediate bertengger di 28 US$/barrel, atau anjlok 50 % dibanding setahun yang lalu. Minyak Brent pun setali tiga uang, longsor 50% dari 67,5 US$/barrel menjadi 31 US$/barrel.
Harapan dari Arab Saudi dkk adalah mereka berharap dengan dunia yang sedang sibuk dengan serangan virus corona, harga minyak akan jatuh dengan cepat, dan menyebabkan produsen minyak serpih bertumbangan dengan segera. Sehingga Arab Saudi dkk bisa kembali menguasai pasar minyak dunia.
Sasaran Perang Minyak
Amerika Serikat