Amerika Serikat dengan Industri minyak serpihnya (Shale Oil) berhasil melewati Arab Saudi sebagai eksportir minyak bumi terbesar dunia.
Dengan produksi minyak bumi sebanyak 12 juta barrel per hari, Amerika Serikat tidak memerlukan banyak kiriman minyak bumi lagi dari jazirah Arab.Â
Satu-satunya permasalahan adalah minyak serpih relative lebih mahal biaya produksinya, di mana untuk menghasilkan satu barrel, diperlukan biaya sebesar 40 US$. Sementara biaya produksi minyak bumi di lapangan darat Arab Saudi hanya sebesar 10 US$.
Harapannya, dengan menekan harga minyak di bawah 30 US$, Arab Saudi bertujuan agar produsen minyak serpih segera gulung tikar, dan selanjutnya Arab Saudi akan kembali menguasai pangsa pasar minyak.
Rusia
Sasaran Sekunder Arab Saudi adalah Rusia. Hal ini dilakukan karena Rusia dianggap tidak mau bekerja sama dalam hal pengurangan jumlah produksi minyak.
Namun masalah Rusia adalah karena mereka sulit untuk menaik turunkan produksi dalam jumlah besar untuk waktu singkat.Â
Mengingat banyak lapangan minyak mereka yang berada pada lingkaran artik, di mana agar minyak tidak membeku, mereka harus terus menerus memanasi pipa dan/atau menaikkan tekanan minyaknya.
Selain itu nilai tukar Rubel Rusia yang kompetitif juga memnyebabkan mereka sanggup menoleransi harga minyak yang lebih rendah.
Iran
Sasaran terakhir Arab Saudi adalah Iran. Saat ini minyak memberikan sumbangsih terhadap 50 % pendapatan pemerintah Iran.