Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Website Khusus Covid-19,Mengapa Perlu Menambah Website Baru?

19 Maret 2020   10:57 Diperbarui: 19 Maret 2020   11:15 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Scr capture: /www.sahealth.sa.gov.au

Mungkin contoh yang lebih ekstrim adalah dari Pemerintah Australia

Website Kementerian Kesehatan Australia

scr capture : www.health.gov.au
scr capture : www.health.gov.au
Kali ini tampilan mengenai Covid-19 lebih besar dan jelas, sementara bila kita klik banner tersebut, maka akan terdapat info yang lebih detil

Scr Capture : www.health.gov.au
Scr Capture : www.health.gov.au
Seperti biasa ada total jumlah, dan negara bagian kediaman penderita. Namun yang lebih penting lagi, dibagian bawah ada detail kasus, berapa yang dari luar negeri, berapa yang akibat kontak dekat, dan bahkan pemerintah Australia mengakui bahwa ada kasus yang sama sekali tidak diketahui asal-muasalnya. Selanjutnya bagi mereka yang betul-betul penasaran (dan bersedia membaca laporan setebal 19 halaman) bisa membaca laporan epidemiologi mingguan, berupa hyperlink di bagian bawah.
Scr capture : www1.health.gov.au
Scr capture : www1.health.gov.au
Coba bayangkan, bagaimana ketika ada laporan seperti ini di Indonesia dipublikasikan ke Publik, semua orang bisa memberikan narasi yang jelas, tanpa ada simpang siur. Atau setidaknya bagi mereka yang membaca laporan ini bisa segera melakukan counter narration bila ada informasi di grup yang tidak benar.

 Contoh : Kita bisa dengan gamblang dan penuh keyakinan menyampaikan bahwa sebetulnya malah lebih banyak asal penularan dari orang yang berasal dari Amerika Serikat ketimbang Tiongkok. Betapa mudahnya untuk mematahkan argument yang berseliweran di media social yang seringkali tidak berdasar sama sekali. Sayangnya, pemerintah kita sendiri sedikit sekali memiliki hal tersebut, sehingga yang dipakai ya juga narasi positif yang sama-sama minim fakta dan data. Akhirnya yang terjadi adalah narasi dan counter narasi yang seringkali sama-sama tidak berdasar.
 
Lebih dahsyat lagi sebagai contoh adalah website kesehatan negara bagian Australia Selatan yang bahkan membuat daftar penerbangan yang ada penumpang positif virus corona, untuk selanjutnya diminta untuk melapor secara mandiri. Ini membuat setiap orang menjadi paham apakah mereka perlu waspada atau bisa sedikit menarik nafas lega.

Scr capture: /www.sahealth.sa.gov.au
Scr capture: /www.sahealth.sa.gov.au

Scr capture : www.sahealth.sa.gov.au
Scr capture : www.sahealth.sa.gov.au

Kesimpulan
Sebuah website baru hanya akan menambah pekerjaan dan membuang biaya, tenaga dan waktu secara percuma. Apalagi bila info yang terdapat sangat tidak lengkap, malahan kalah dibanding website kementerian teknis (gilanya lagi, praktis tidak ada link ke kementerian terkait)
Sepertinya tujuan utama website tersebut hanya untuk memberikan info secara sangat umum dan untuk menanggulangi hoax belaka. Website baru juga malah bisa membagi alur lalu lintas yang semestinya bermuara di kementerian teknis sebagai ujung tombak.

Saran
Apabila kepalang tanggung dibuat (daripada buang-buang uang percuma), maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan :
1.    Buat semacam infografis peta penyebaran
2.    Taruh informasi RS Rujukan, bila perlu dengan peta
3.    Informasi RS Rujukan tersebut dilengkapi dengan nomor telepon
4.    Info penting itu seperti Hotline, Rumah Sakit Rujukan, Apa itu COVID-19,Jumlah penderita dan lokasi BUKAN masukan dari UNICEF, social distancing apalagi pidato Presiden (Coba bayangkan, Bila pembaca sekarang demam, batuk-pilek dan telah kontak langsung dengan penderita positif, penulis yakin bahwa pidato Presiden bukan menjadi salah satu hal yang terpenting, bukan?)
5.    Terakhir, tolong taruh link ke kementerian terkait (Kementerian Kesehatan), karena bagaimanapun juga ujung tombak penanganan virus Covid-19 adalah kementerian teknis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun