Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Usaha Intervensi Asing pada Presiden Jokowi Bagian II-Habis

3 November 2014   22:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:46 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan Belanda

Sebagai Negara bekas penjajah, Belanda memiliki keterikatan emosional yang dalam, sementara dalam hal ekonomi, tidak terlalu. Ini bisa terlihat dengan jelas dari siapa yang dikirim. Utusan khusus belanda merupakan mantan penasihat senior Ratu (sekarang Raja) Belanda. Sehingga utusan khusus kali ini bermakna bahwa Raja Belanda mengirimkan salam persahabatan, namun pemerintahannya tidak merasa ada kepentingan khusus. Mengingat bahwa dalam hal ekonomi, secara persentase Indonesia hanya mencakup 0,91 % dari total perdagangan per tahun, bisa dikatakan bahwa tidak terlalu penting.

Kekaisaran Jepang

Perdagangan antara Jepang dan Indonesia termasuk yang paling besar. Dan sebenarnya, ketika kemarin Yasuo Fukuda dikirm sebagai utusan khusus, kita haruslah bersyukur. Karena walau status Yasuo Fukuda hanya anggota Diet (DPR Jepang) dan mantan PM, sebenarnya beliau merupakan spesialis pemecah kebekuan. Terlihat bahwa Presiden Tiongkok sampai meluangkan waktu untuk bertemu dengannya ketika beliau memimpin delegasi Jepang ke forum regional di Tiongkok baru-baru ini. Ekspor Jepang ke Indonesia hanya 2,7 % dari total ekspor tahunan. Sedangkan ekspor Indonesia ke jepang mencapai 15 % dari total ekspor tahunan. Sehingga sebenarnya kita lebih membutuhkan Jepang ketimbang Jepang membutuhkan kita. Apalagi dengan keputusan Australia untuk membangun pelabuhan pengiriman batubara baru dan beberapa proyek LNG di celah Timor yang akan operasional pada 2015, apabila kita tidak buru-buru membangun hubungan baik, kita akan semakin terdesak.

Korea Selatan

Sebagai Negara mitra dagang yang cukup penting, Korea Selatan merupakan Negara tujuan ekspor nomor 5. Tampaknya mereka tidak memiliki kepentingan yang terlalu besar di luar ekonomi. Sebenarnya, Indonesia termasuk satu dari selusin Negara yang memiliki Kedutaan Besar dengan Korea Utara. Bila korea selatan bersedia, tentu Indonesia bisa menjadi mediator dalam berbagai masalah.

Analisis Akhir

Dari ke tujuh belas Negara diatas, Jelaslah bahwa ada Negara-negara yang sukses memainkan kartu diplomasinya. Dan ada juga Negara-negara yang melakukan miskalkulasi dengan mengirimkan delegasi yang kurang representative. Dan kemudian ada pula Negara-negara yang melakukan blunder. Negara yang sukses memainkan kartu diplomasinya adalah : 1. Amerika Serikat 2. Inggris 3. Singapore 4. Timor Leste 5. Selandia Baru 6. Rusia 7. Thailand 8. Papua Nugini. Kemudian Negara yang demikian adanya (tidak plus,juga tidak minus) 1. Brunei Darussalam 2. Australia 3. Haiti 4. Jepang 5. Korsel. Negara yang melakukan miskalkulasi 1. Tiongkok 2. Vietnam dan Negara yang melakukan Blunder : Filipina.

Mungkin Muncul Pertanyaan, mengapa Filipina dianggap Blunder? Ingat, Negara yang paling bermasalah dengan laut china selatan (kepulauan Spratlys) adalah Filipina. Ketika presiden SBY menandatangani perjanjian kesepakatan garis perbatasan laut awal tahun ini, sebenarnya itu sudah menjadi preseden baik yang bisa diberikan kepada Tiongkok. Dan hal itu seharusnya diteruskan dengan membuka hubungan baik dengan Presiden terbaru Indonesia. Terlebih, Perwakilan Negara-negara yang berkepentingan di Laut China Selatan  seperti AS, Inggris, Australia, Malaysia dan Brunei serta Singapore berkumpul di Jakarta semua (minus Vietnam).

Terakhir, muncul sebuah pertanyaan, apakah Presiden Joko Widodo akan tunduk dengan semua intervensi ini ? Kemungkinan besar, Presiden joko Widodo akan lebih condong ke arah Amerika Serikat dan blok baratnya. Mengapa ? kalau kemarin kita lihat maka grup Barat sangat terkoordinir. Sementara kekuatan penyeimbang seperti Tiongkok tidak terlalu bersemangat. Presiden Joko Widodo tampaknya cukup menyukai Tiongkok, namun, bertepuk sebelah tangan. Satu-satunya harapan adalah mudah-mudahan, show of force dari pendukung Presiden Joko Widodo kemarin sewaktu pelantikan, cukup untuk menakut-nakuti para intervensionis. Karena apabila tidak, penulis benar-benar ragu bahwa Presiden Joko Widodo tidak akan terpengaruh oleh segala serbuan intervensionis asing.

[caption id="attachment_371660" align="aligncenter" width="490" caption="jika saja utusan RRT lebih bonafid"]

14150021871889461127
14150021871889461127
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun