Badai nomor lima: Ketergantungan dengan Jepang
15 % perdagangan Indonesia ditujukan ke jepang. Permasalahannya, dengan pertumbuhan jepang yang menghadapi resesi, tidak akan ada banyak yang bisa dilakukan untuk mendapat ekstra pendapatan dari Jepang. Terlebih lagi, kondisi jepang yang mengalami piramida penduduk piramida terbalik akan berujung pada penurunan kebutuhan barang konsumsi di masa yang akan datang.
Lalu bagaimana cara kita menghadapi badai perdagangan ini;
Yang patut disyukuri adalah pemerintah saat ini rupanya cukup mawas diri. Kenaikan BBM beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa tidaklah realistis untuk mensubsidi sesuatu yang berasal dari impor bila perdagangan saja masih defisit.
Kedua, mengubah pola manufaktur ekspor kita. Selama ini kita mengimpor bahan setengah jadi dari Tiongkok, kemudian diolah dan diekspor menjadi barang jadi. Sementara barang mentah lainnya tetap diekspor. Kita perlu untuk mengandalkan produk maritime kita, contoh makanan olahan nugget,tempura,dll.
Ketiga, berikan insentif pajak untuk perusahaan yang melakukan hilirisasi produksi.
Keempat, seperti kata presiden kita, Dubes kita harus dagang dimanapun mereka berada. Dan perlunya perpindahan orientasi pasar kita. Selama ini kita konsentrasi berdagang di eropa barat, jepang dan Amerika Serikat. Padahal, pasar Afrika, Amerika Selatan dan eropa timur terbuka lebar, inilah yang perlu dauber untuk memperbaiki neraca perdagangan.
Kegagalan bukanlah pilihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H