Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perfect Storm Perdagangan Indonesia

1 Desember 2014   19:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu faktor apa sajakah yang mengakibatkan perfect storm terjadi?

Badai nomor Satu: Harga Batubara yang melorot

Batubara sebagai salah satu sumber energy fosil tentunya memiliki korelasi harga yang erat dengan minyak bumi. Karena harga minyak bumi anjlok, demikian juga harga batubara seperti yang terlihat di grafik ini.

[caption id="attachment_379648" align="aligncenter" width="300" caption="indexmundi november 2014"]

141741115565481494
141741115565481494
[/caption]

Trend harga ini diprediksi akan terus menurun, terbukti dengan turunnya lagi rating obligasi BUMI Resources (salah satu pemain utama batubara) menjadi "D", alias diprediksi bakal gagal bayar oleh lembaga pemeringkat S & P.

Badai nomor dua: Kebijakan pengurangan penggunaan batubara Tiongkok

Pada pertemuan APEC, Xi Jinping sepakat untuk melakukan terobosan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Kesepakatan yang dilakukan secara duet dengan Amerika Serikat ini berujung pada pemangkasan jumlah pembangkit batubara. Menurut laporan dari Climate Council Australia, pada 2015 Tiongkok akan menutup pembangkit listrik tenaga batubara sebesar 20.000 MegaWatt. Untuk komparasi, pembangkit listrik paiton 3, terbesar di Indonesia adalah 815 Mega Watt dan membutuhkan suplai batubara sebesar 3,5 juta ton/tahun. Hal tersebut akan berujung pada pengurangan kebutuhan batubara sebanyak kurang lebih 86 juta ton per tahun, atau setara dengan 25 % total ekspor batubara Indonesia. Problemnya adalah, Tiongkok merupakan importir batubara kedua terbesar dari Indonesia dengan total 77 juta ton pada 2012 (India nomor satu).

Badai nomor tiga: Selesainya pembangunan pipa gas alam dari Rusia ke Tiongkok

Ekspor LNG ke Tiongkok dan Jepang serta Korsel merupakan salah satu penyumbang devisa utama untuk Indonesia. Permasalahannya, dengan ditandatanganinya kesepakatan pembangunan pipa gas Siberia, maka prospek LNG Indonesia menjadi sangat suram. Ketimbang bersusah payah mengimpor gas via LNG (yang membutuhkan proses liquifikasi, kemudian dikirim via tanker,di-regasifikasi) transfer gas alam melalui pipa jauh lebih murah dan aman.

Badai nomor empat: Himbauan IPCC (International Panel on Climate Change)

Sebagai lembaga antar pemerintah yang menyelidiki perubahan iklim, IPCC memberikan rekomendasi (yang didukung penuh oleh Sekretaris Jenderal PBB) untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkit listrik hingga 20 % dari total energy mix pada 2050. Ini artinya, ekspor kita yang bergantung pada batu bara dan minyak mentah akan terus melorot nilainya seiring dengan pengurangan pemakaian di luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun