Mohon tunggu...
Kresna Triadi
Kresna Triadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menelusuri Kekuatan Pemuda Melalui Media sebagai Sarana Pengembangan Ekonomi Indonesia

10 Maret 2019   10:56 Diperbarui: 10 Maret 2019   11:05 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia bukan lagi negara yang baru menyelesaikan perjuangan kemerdekaannya, bukan pula negara yang baru menyatakan status kemerdekaannya. Tahun ini, Indonesia akan merayakan ulang tahunnya yang ke 74 dan bangsa ini akan mencapai umur satu abad dalam kurun waktu 26 tahun. 

Namun, Indonesia masih terjebak sebagai negara kelas dua yang tidak kunjung mengalahkan negara-negara lain yang merdeka pada kurun waktu yang tak jauh berbeda. Kemiskinan di Indonesia masih merajalela, 27.77 juta orang di bawah garis kemiskinan bukanlah angka yang sedikit. Padahal, Indonesia sudah melakukan berbagai perubahan di berbagai sektor vital.

Indonesia memiliki impian yang besar untuk menyejahterakaan seluruh rakyatnya, seperti yang tertera pada pembukaan UUD 1945. Sayangnya, kesejahteraan belum tersebar secara merata di seluruh provinsi yang ada. Masih ada ketimpangan antara kualitas pembangunan di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. 

Hal itu bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia per provinsi di Indonesia pada tahun 2012. Tercatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di provinsi DKI Jakarta sebesar 77,53 dan provinsi Nusa Tenggara Barat hanya sebesar 60,81. Dalam hal tersebut sudah terlihat jelas bahwa banyak rakyat yang berkehidupan mewah di Pulau Jawa sementara harga barang pokok melambung tinggi di daerah-daerah lain. 

Padahal, salah satu syarat untuk menjadi negara kelas pertama di dunia adalah adanya pemerataan pembangunan di seluruh daerah di negara yang bersangkutan.

Banyak sekali program yang dilakukan untuk membangun Indonesia hingga sesuai dengan ekspektasi leluhur kita. Mulai dari penerapan kebijakan pelayanan kesehatan gratis, sampai program pergantian ibukota di pulau lain yang kejelasannya tak kunjung dipublikasikan. 

Namun, tidak banyak yang berubah dari sistem perekonomian dan sosial di Nusantara. Pulau Jawa terus mengalami pembangunan dari infrastruktur dan aspek lainnya. Ditambah lagi, pada tahun 2015,  70.593 ribu  pendatang baru dari luar pulau jawa datang ke DKI Jakarta untuk mencari penghidupan dikota metropolitan tersebut.  

Dan sesampainya di Ibukota,  para pendatang dari pulau-pulau lain tersebut terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang minimnya lapangan pekerjaan yang tersisa dan akhirnya mereka semakin menumpuk di Pulau Jawa hingga satu pulau kecil itu semakin sesak dan kekurangan lahan untuk penggunaan selain untuk rumah tinggal dan daerah perkantoran. 

Sementara, pulau besar seperti Pulau Kalimantan dibiarkan kosong dengan lahannya yang melimpah. Penulis tidak heran bila ada kejadian perluasan perbatasan oleh negara lain yang bersampingan dengan daratan Indonesia karena kepedulian pemerintah terhadap pulau-pulau lain memang patut dipertanyakan.

Pada tahun 2017 yang lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan suatu impian dalam pidatonya mengenai Indonesia Emas 2045. Beliau mengatakan bahwa Indonesia akan mencapai masa kejayaannya dalam ulang tahun ke satu abadnya yang tidak akan lama lagi. 

Tidak hanya sekedar wacana tak beralasan, beliau memaparkan suatu rencana yang masih umum mengenai pembangunan infrastruktur dan industri pengolahan dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun