Nah karena Fair Trade adalah sebuah gerakan dagang dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan, pendapatan dan kondisi kerja yang lebih adil bagi para petani dan pekerja di hulu.Â
Maka dalam hal ini petani merica di Srilanka mendapat keuntungan untuk hidup layak. Pada kenyataannya saat ini, di mana-mana termasuk di Indonesia juga, para petani dan pengrajin di hulu, adalah organ paling tidak diuntungkan dalam siklus perdagangan.Â
Yuk kita lihat berapa presentase keuntungan petani dan penjahit konfeksi sebuah kaos bermerek, yang dijual seharga 29 Euro di Jerman, lihat gambar berikut di bawah ini. (Maaf ya dalam bahasa Jerman, tapi akan saya jelaskan dalam bahasa Indonesia).Â
Terlihat di atas bahwa dari 29 Euro, harga jual sebuah T-Shirt bermerek di Jerman, petani dan pekerja konfeksi hanya mendapatkan 5 Euro saja atau 17% dari harga T-Shirt. Dari 5 Euro itu, petani termasuk bahan dll hanya mendapatkan 3,4 Euro dan pekerja konfeksi hanya mendapatkan 0,18 Euro. Sementara hampir setengah dari harga jual dikantongi oleh retailernya. Â
Dalam hal ini, perbedaan standar hidup bukan penyebab dari timpangnya keuntungan yang didapat, karena petani dan pekerja konfeksi ini pun di negara-negara berkembangnya seperti Bangladesh misalnya tidak layak hidup dan masih di bawah standar hidup di negaranya.
Sangat tidak adil, ya. Nah, kondisi seperti ini mendorong orang-orang dengan idealisme tinggi untuk merintis jalan untuk kebaikan para petani dan pekerja di hulu, salah satunya melalui sistem, standar dan label Fair Trade. Standar apa yang dimiliki oleh Fair Trade?Â
Fair Trade memiliki 3 aspek utama penopang standar ini, yakni aspek sosial, aspek ekologi dan aspek ekonomi. Sistem dan standar harus dibuat agar komoditas Fair Trade tetap ada pembelinya dengan kualitas terjamin lalu adanya label juga penting, karena dengan label berbentuk sekilas seperti Yin & Yang tapi berwarna hijau, hitam dan biru. Konsumen dapat dengan mudah menemukannya.
Weltladen, Toko berisi Produk Fairtrade
Tentu saja barang-barang, yang dijual di toko dunia ini lebih mahal dari supermarket grosir. Tapi ternyata, jiwa sosial dan idealisme tinggi tidak mengurungkan dan menjauhkan konsumen.Â