Definisi mikroplastik menurut UNEP adalah partikel plastik buatan, yang tidak bisa larut dalam air, tidak terdegradasi secara alami dan ukurannya lebih kecil dari 5 milimeter.Â
Dari data yang dikutip dari WWF, jalur masuknya mikroplastik dapat dari air minum yang dikonsumsi, ikan laut dan juga garam. Melalui fakta tersebut, apakah kita masih akan terus mengkonsumsi plastik? Mungkin memang berat di awal, namun, setidaknya pengurangan penggunaan sampah plastik perlu dilakukan guna kebaikan di masa depan.Â
Jerman sebagai contoh negara yang memilah-milah sampahnya, sudah lebih dari 26 tahun memberlakukan aturan recycling atau daur ulang. Plastik pembungkus yang dikumpulkan dalam plastik dinamakan Gelber Sack.
Sayangnya sampai sekarang pada prakteknya hanya sekitar 36% saja sampahnya bisa didaur ulang, sisanya dibakar atau diekspor ke luar Jerman. Ekspor sampah plastik di Jerman tentu menjadi perdebatan hangat, karena dianggap tidak menyelesaikan masalah global.
Bukti mikroplastik merusak perairan Jerman telah dibuktikan oleh seorang profesor kimia Jerman sekitar 5 tahun y.l. yakni Prof Andreas Fath. Ia mengarungi sungai Rhein dari hulu ke hilir sepanjang 1231 km selama 4 minggu untuk mengambil sampel air sungai dan menguji kualitas sungai Rhein. Lalu, di tahun 2017, ia mengarungi sungai Tennessee di USA, sepanjang 1049 km selama 34 hari dalam usianya 52 tahun.
Bayangkan, berenang di kolam selama 1 km saja, butuh kondisi tubuh prima, apalagi di sungai deras seperti Rhein dan Tennessee di usia 49 dan 52 tahun.Â
Aksinya memang spektakuler, tapi itu juga yang dicari olehnya, selain untuk penelitian kualitas air Sungai Rhein dan Tennessee, Prof Fath juga ingin mensensibilasi masyarakat untuk stabilitas ekosistem air terutama. Dari hasil pengujiannya itu, menunjukkan bahwa air sungai Rhein dan Tenneessee banyak dikontaminasi obat-obatan dan mikroplastik.
Indonesia dan Plastik
India berpenduduk lebih banyak dari Indonesia, tapi lucunya urusan sampah plastik Indonesia menghasilkan sampah plastik lebih banyak dari India. Menurut data yang dikutip dari CNN. com, Indonesia bahkan menempati tempat kedua penghasil plastik ke laut terbesar di dunia setelah China Tiongkok.
Menilik belum ada sistem terintegrasi dari hulu ke hilir urusan sampah secara umum, memang membuat Indonesia sulit bermanuver dalam urusan sampah, khususnya sampah plastik. Saya tidak tahu, para pemikir negara ini menunggu apa lagi untuk bergerak maju secara sistematis ke depan dalam urusan lingkungan alam.