Never judge an island from its airport, mungkin begitu ya kesan saya saat menapakkan kaki di Santorini. Sisi baiknya airport kecil ini, dari mendarat sampai keluar airport prosesnya cepat sekali. Tidak ada jalan panjang sekali seperti di airport Athena. Sisi negatifnya, saat akan mengudara kembali, baru terasa bahwa airport JTR ini sempit dan berdesakan, Terminal Bus Cicaheum aja masih lebih bagus. Toiletnya juga hadeuuuuhhh.
Dari resensi google, nilai airport Santorini ini hanya 1,7 saja dari 1.049 penilai. Airport Cengkareng, nilainya 4,3 dari 13.758 penilai. Airport Singapore 4,7 dari 10.192 penilai. Keluhan yang menilai airport Santorini rata-rata mirip, lha yang dinilai juga mini, ya jadi sama mungkin ya. Sungguh tidak terbayangkan kondisi airport Santorini saat high season dan turis lebih banyak lagi, wah.
Di awal bulan November saja, saat kami akan terbang kembali ke Athena, banyak turis harus duduk di lantai. Bahkan kondisi setelah check-in lebih parah lagi karena harus berdesak-desakan di ruangan lebih kecil, pengap dan tertutup (karena di balik pintu sudah landasan pesawat). Tidak ada pendingin ruangan lagi.
Santorini Yang Unik dan Mempesona
Pilihan ke Santorini di awal bulan November adalah pilihan tepat untuk berlibur. Selain turisnya tidak sebanyak di bulan Juli atau Agustus, juga saat terbang dari Jerman, yang saat kami tinggal 0-5C di Santorini dan Athena suhu menunjukkan 26C. Asyik kan melarikan diri sejenak dari dinginnya Jerman?
Sengaja kami terbang dari Athena menggunakan pesawat terpagi. Butuh kurang dari 1 jam terbang dari Athena ke Santorini. Sesampai di Santorini baru jam 8 pagi. Pulau Santorini luasnya hanya kurang lebih 76 km2, keliling dengan mobil rental saja sebetulnya sehari bisa selesai, namun sungguh sayang bila kelilingnya hanya dengan mobil. Kota-kota di Fira dan Oia sangat indah untuk diblusuki.
Pulau, yang konon termahal di Yunani ini memang menyuguhkan hotel-hotel luxus, yang melekat putih di tebing-tebing pulaunya, sehingga bila dilihat dari kejauhan memberikan kontras alam yang luarbiasa indah. Laut yang membentang biru, dan putihnya bangunan.
Awalnya beribu tahun lalu, pulau ini masih utuh hampir bulat berupa satu pulau, tapi dari beberapa kali letusan gunung berapinya membuat dari satu pulau menjadi 5 pulau. Paling terkenal adalah pulau terbesarnya, di mana kota Fira atau Thira (ibu kotanya) dan Oia berada. Jumlah penduduknya hanya 17 ribu orang.
Yang Khas Dari Santorini
Warna putih dan kubah biru adalah foto-foto khas yang banyak dijepret turis di Santorini. Gang-gang kecilnya bersih dan terawat, bahkan pusat perbelanjaannya di Oia jalannya berbalut marmer, membuat saya makin heran kenapa untuk airportnya tidak ada dana.
Dulu konon ada 600 kincir angin yang berfungsi di pulau cantik ini. Pertama kali masuk Yunanti di abad ke-12/13. Bentuknya yang silinder dengan atap sirap berbentuk corong, sangat khas. Dengan layar putih di setang kayu, bergerak dalam porosnya menyalurkan energi angin untuk menghaluskan biji-bijian.
Nah, binatang satu ini tidak ditemui di Marokko saja tapi di Santorini juga merupakan binatang pengangkut yang diandalkan. Bahkan bukan barang saja yang diangkut keledai ini, turis yang males naik tangga juga diangkutnya pula. Aih, saya kok kasihan ya ke itu keledai.
Fava, nama makanan khas Santorini. Fava di Santorini itu katanya seperti Spaghetti di Itali. Bahan dasarnya adalah kacang Lathyrus Clymenum (maaf ya gak tahu bahasa Indonesianya). Kandungan karbohidrat dan proteinnya tinggi, jadi bagi vegetaris, Fava merupakan makanan ideal. Tampilannya seperti bubur sumsum tapi bukan putih melainkan kuning. Sebetulnya tidak menarik. Tapi tak disangka, saat dicoba hmmmm (seperti Mark Wienns, sambil kejap-kejap) enak lho.
Turis Berkumpul Saat Matahari TerbenamÂ
Ah ... Santorini, daya tarikmu tak lekang oleh awan ataupun airport mini-mu. (ACJP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H