Bila melihat putra saya, yang tidak suka pelajaran bahasa, membaca literatur sastra memang membuatnya terkantuk-kantuk, tapi tampaknya metoda mengajar di sekolahnya tetap menuntut dan memotivasinya untuk belajar mengupas masalah dan tema. Sehingga kelak apa pun buku yang dibaca siswa, mereka mampu mencari benang merah dari isi sebuah buku. Dan para siswa terdidik untuk mampu menganalisa, yang mereka baca.
Strategi Ujian Anti Bocor
Di Jerman, ujian bahasa Jerman model seperti ini, tidak mungkin bocor karena soal ujian bahasa Jerman ini hanya terdiri dari 5 pilihan, dan siswa boleh memilih satu saja untuk dikerjakan. Untuk dapat menjawab soal-soal ini tanpa siswa pernah membaca 3 buku literatur sastra Jerman itu, tentu tidak mudah.
Apalagi kan jawabannya berupa kupasan tema dalam kerangka literasi ilmiah, yang diajarkan. Ya sangat subjektif dan berbeda-beda. Apalagi pemeriksa ujian terdiri dari 2 orang guru bahasa Jerman di sekolahnya dan satu dari sekolah luar. Nanti untuk nilai akhir ada rapatnya lagi. Gak mungkin bocor.
Saya kira, model ini bagus untuk diterapkan di SMA Indonesia, supaya kemampuan membaca siswa kita lebih baik dan gak mungkin bocor, ya kan. (ACJP)
Sumber Data Grafik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H