Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Cantiknya Venesia di Musim Dingin

7 Januari 2017   22:06 Diperbarui: 8 Januari 2017   07:32 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesibukan Canal Grande difoto dari Ponte Rialto di malam hari di bulan Desember 2016 (Dokumentasi Pribadi)

Mengunjungi Venesia dengan mobil memang tidak mungkin, jadi mobil harus diparkir di luar pulau, lalu ke Venesianya disambung dengan bus air alias Vaperetto, atau naik taksi air, yang tentu lebih mahal dari bus air. Bila menginap di hotel-hotel mahal biasanya taksi air mengantar ke tempat tujuan dan para karyawan concierge hotel sudah siap menunggu di dermaga dan siap mengangkut koper. 

Tapi bila kita menginap di hotel yang tidak memiliki fasilitas ini, maka harus siap-siap mendorong dan mengangkat koper melalui tangga-tangga di Venesia yang demikian banyak. Ketika kami di sana, seringkali kami berpapasan dengan turis dari Asia, yang tampak kepayahan dengan koper mereka yang luarbiasa besar. Untunglah, kami memutuskan menginap di Lido di Jesolo, kami hanya perlu membeli tiket harian seharga 20 Euro per orang, memarkir mobil di pelabuhannya seharga 5 Euro seharian dan bisa melenggang menikmati Venesia, bahkan Burano dan Murano tanpa beban.

Burano

Bus air (Dokumentasi Pribadi)
Bus air (Dokumentasi Pribadi)
Berangkat dari pelabuhan Punta Sabbioni di Lido di Jesolo, kami bersyukur di penghujung Desember 2016 itu, suhu di sana walaupun dingin tapi cerah. Angin Laut Adria memang sesekali terasa menusuk-nusuk namun selama matahari bersinar terang bisa diabaikan. 

Musim panas tahun 2006 ketika kami sekeluarga ke Venesia, kami hanya berputar-putar di Venesia, kali ini kami sekeluarga ingin mengeksplorasi Venesia di musim dingin dan melihat-lihat pulau-pulau di sekitar Venesia seperti Burano - pulau nelayan, yang berisi rumah-rumah berwarna-warni lalu Murano, pulau dengan industri pembuatan kaca tiupnya yang terkenal.

Nelayan di Laut Adria menuju Burano (Dokumentasi Pribadi)
Nelayan di Laut Adria menuju Burano (Dokumentasi Pribadi)
Jam setengah sepuluh pagi kami berangkat dari Lido di Jesolo naik bus air walaupun harus ganti satu kali, hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam sampai ke Burano. Bus air, yang kami tumpangi itu, tidak banyak penumpang sehingga kami bisa memilih tempat duduk di dalam kabin atau di luar kabin. Pemandangan lautan lepas di pagi yang cerah itu terasa sangat menyegarkan, biruuuuuu sejauh mata memandang. Sesekali terlihat nelayan di atas perahunya sedang sibuk menata jaring. 

Pulau Burano dengan menara miring gerejanya (Dokumentasi Pribadi)
Pulau Burano dengan menara miring gerejanya (Dokumentasi Pribadi)
Sesampai di Burano, penumpang yang akan naik bus air tampak sudah menunggu di dermaga. Menara miring gereja St Martino seperti sudah melambai-lambai. Awalnya saya tidak yakin apa karena bus air yang saya naiki hingga menara gereja di Burano itu dari jauh tampak miring atau memang miring. 

Ternyata memang miring hampir 3,45° hampir semiring Pisa 3,97°. Burano adalah pulau nelayan, yang rumahnya dicat warna-warni, sangat unik dan menarik sudut-sudutnya. Keberagaman warna bangunannya ini membuat kami menerka-nerka apa diantara para pemilik rumah ini janjian atau tidak sebelum mengecat rumahnya, karena tidak ada satupun rumah berdempetan terlihat dengan warna cat sama. Puas menikmati pulau Burano, kami lanjutkan naik bus air ke Murano.

Murano

Suasana Murano (Dokumentasi Pribadi)
Suasana Murano (Dokumentasi Pribadi)
Berbeda dari Burano, yang pagi itu terasa sepi, di Murano lebih ramai dan berdesakkan. Sepanjang gang dipenuhi toko-toko perhiasan dan hiasan rumah. Memang Murano ini adalah pulau di mana dulu industri kaca tiup dipusatkan. Dulu malah pulau Murano ini tertutup karena khawatir teknologinya dicuri orang. Tujuan kami ke Murano adalah melihat industri pembuatan kaca tiupnya yang indah. 

Sayangnya, kami harus gigit jari karena ternyata di akhir tahun para perajin kaca ini juga libur. Akhirnya kami berkeliling di Murano dan keluar masuk toko lalu belanja. Bagi penyuka perhiasan kaca atau hiasan dari kaca, memang sullit juga bila tidak melirik apa saja yang terpajang di etalase toko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun