Walaupun sedikit was was kami akhirnya putuskan untuk jalan-jalan juga ke kota Istanbul sambil menghabiskan waktu transit kami di Istanbul yang hampir 11 jam. Kali ini kami menggunakan fasilitas tour gratis Turkish Airlines. Fasilitas tour gratis dari Turkish Airlines ke Istanbul ini ternyata yang tahun lalu hanya ada tour jam 9.00-15.00 sekarang ditambah, ada tour jam 8.30-11.00 dan tour jam 16.00-21.00.
Biaya Visa Turki one entry yang berlaku 30 hari seharga 35 USD (tahun lalu masih 25 USD dan tidak bisa dibayar dengan Euro), dapat selesai cepat tanpa antrian. Petugas di loket Visa di jam 7 pagi itu terlihat mengantuk dan sulit diajak  bicara apalagi senyum. Tapi tak apa, karena Visa kami cepat sekali selesai.
Entah karena lelah atau kenapa, tapi petugas di bagian Informasi juga terlihat tidak ramah, kusut dan tidak informatif. Suasana Airport Istanbul bagi saya memang terasa lebih menekan, tidak seringan tahun lalu dan terasa lebih nasionalis, karena bendera Turki yang ukurannnya raksasa terlihat tergantung di banyak tempat dalam airport.Â
Setelah mendapatkan Visa, kemudian kami pun antri untuk keluar melalui imigrasi untuk periksa paspor. Pemeriksaan paspor cukup cepat, keluar dari pemeriksaan paspor kami berjalan ke kanan menuju Hotel Desk Turkish Airlines, di mana pendaftaran untuk turut tour dibuka. Boarding card diambil petugas dan kami diminta 10 menit sebelum tour dimulai untuk menunggu di depan Cafe Starbucks sebelah loket Hotel Desk itu. Saya rada ngeri juga sebetulnya ketika kartu boarding diambil, tapi ya bismillah saja.
Sambil menunggu jam berangkat, kami keliling-keliling dulu, makan pagi di tempat roti Turki dan kembali ke Starbucks café sekitar jam 8-an lebih sedikit. Kursi café terlihat sudah penuh terisi, peminat tour ini ternyata banyak juga. Tak lama kemudian, teriakan Hilmi, pemandu tour kami mulai memanggili nama-nama dari pemilik kartu boarding yang turut di tour jam 8.30. Ha … leganya ketika kartu boarding kembali di tangan kami.
Ia menjelaskan asal kata Istanbul, sedikit sejarah Istanbul dari Konstantinopel sampai menjadi Istanbul, lalu menjelaskan bahwa 20 juta penduduk Istanbul terbagi setengahnya di bagian Eropa dan setengahnya di bagian Asia. 20 juta penduduknya ?? Kaget juga saya mengetahui bahwa Istanbul itu penduduknya hampir sejumlah penduduk Jakarta. Tapi kenapa di pagi ini tidak ada kemacetan atau kerumunan orang di jalan-jalan ya ??Â
Taksim dan jalan Istiklal diwarnai bendera Turki dan polisi serta tempat polisi di mana-mana. Terkesan suasana di sana sedikit menekan dan tidak ramai. Saya ingat, tour guide kami di Jogja, yang mengatakan setelah kejadian pemboman di Jakarta, 80 reservasi batal dan hampir 2 bulan mereka tanpa pekerjaan. Mungkin begitu juga Istanbul dan Turki pada umumnya butuh waktu untuk memulihkan kepercayaan turis mau datang kembali ke Turki.
Tujuan kami selanjutnya adalah menuju ke Mesjid Biru atau Mesjid Sultan Ahmet, di Kota Tua. Tahun lalu ketika kami sampai di sana masih tutup karena baru jam 7 pagi. Saya ingin melihat kecantikan di dalamnya. Saat itu belum waktunya shalat Dhuhur. Mesjid Biru ini memang ternyata seperti gambar-gambar yang saya lihat, cantik dan dengan ornamen yang detil dan indah. Lampu gantung yang rendah menghiasi mesjid telah menjadi khas mesjid di Turki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H