Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Abistreich: Tradisi Selesai Abitur (UN SMA) di Jerman

14 April 2016   17:36 Diperbarui: 14 April 2016   20:34 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="https://de.wikipedia.org/wiki/Abistreich"][/caption]Lain ladang lain belalang, lain tradisi anak muda di Jerman lain pula tradisi anak muda di Indonesia. Di Indonesia misalnya tradisi corat-coret pakaian seragam selepas ujian akhir (UN) SMA seperti sudah menjadi tradisi, bahkan sejak zaman saya bahkan kakak-kakak saya puluhan tahun yang lalu sudah ada. Bagaimana sejarah awal mulainya tradisi ini terjadi, kurang tahu juga.

Saya pun dulu ketika lulus dari SMA di Bandung, tentu saja merelakan dengan senang hati satu seragam SMA putih paling butut saya untuk dicoret-coret, diwarnai, dipiloks, ditandatangani oleh teman-teman dan guru-guru favorit. Lulus dari SMA rasanya berbeda dengan lulus SMP. Lulus SMA lebih melegakan, bayangan tidak perlu berseragam lagi dan kemudian kuliah ... 

wowwww ... menyenangkan dan rasanya pintu menuju era kemahasiswaan sudah di depan mata, siap dibuka dan ditantang ... hehehe. Rasa bebas dari tekanan ujian memang tidak sebanding dengan seragam putih abu-abu yang setia menemani perjalanan 3 tahun di SMA, karena itu dulu teman-teman paling alim di kelas saya pun banyak yang ikut dalam euforia tradisi corat-coret itu. Rata-rata memang mereka sengaja menggunakan seragam paling butut untuk corat-coret seragam.

Walaupun ... baju yang sudah dicorat-coret itu hanya sebulan dipajang dan disayang, namun kesan seru saling tanda-tangan dan mewarnai seragam teman lain, masih melekat di kepala sampai sekarang, bahkan sampai putri saya juga selesai SMA nya di Jerman. Di Indonesia, aksi atau tradisi corat-coret ini tidak pernah diumumkan (atau dilarang) secara resmi oleh sekolah. Tampaknya tradisi itu diterima dan dimaklum saja oleh pihak sekolah, ya kan.

Saya dulu turut meramaikan tradisi ini dan sekarang pun menilai kenapa tidak terhadap tradisi corat-coret SATU baju seragam saja. Selama masih dalam koridor kewajaran, tidak diikuti oleh pesta miras, atau konvoi di jalan lalu marahi polwan dll. Saya pikir remaja pun boleh iseng, konyol, jahil dan tertawa ceria dalam batas-batasnya yang wajar, untuk membawa suasana hati positif, siapa pun butuh ventil untuk melepas tekanan tuntutan hidup. 

Nah ... demikian juga tradisi selepas ujian SMA (Gymnasium) di Jerman, sesudah Abitur (sejenis UN) putri saya pun dan teman-teman seangkatannya merajut rencana untuk melakukan tradisi yang namanya ABISTREICH atau ada juga yang menyebutnya ABISCHERZ, ABIGAGS(tergantung di Jerman bagian mana). Tradisi ini ada se-Jerman (katanya di Austria dan Swiss juga ada, tapi beda nama) dan sudah berlangsung selama puluhan tahun. 

Apakah itu Abistreich atau Abischerz? 

Abistreich berasal dari gabungan kata Abi danStreich, Abi kependekan kata Abitur artinya ujian akhir. Dan Streich atau Scherz artinya kekonyolan atau canda atau kejahilan. Memang, isi dari Abistreich ini pada prinsipnya adalah kekonyolan atau canda atau kejailan dari anak-anak yang baru selesai ujian akhir. Tradisi Abistreich ini oleh sekolah di Jerman, sama dengan di Indonesia, dimaklumi adanya, karena tradisi mungkin ya ...

Ada-ada saja idenya, dari banyak Abistreich di Jerman, memang ada yang lucu, konyol tapi juga ada yang kelewatan sehingga menjadi urusan polisi. Belum lama ini misalnya di Köln, bukan kekonyolan yang terjadi tapi kekerasan. Mereka menyulut sekolah dengan petasan dan kembang api, saling melempar senjata buatan yang membahayakan sehingga ada beberapa anak yang terluka. Ada juga yang menculik guru atau merusak kelas dan sekolah. Untuk itu, sekarang banyak sekolah-sekolah yang mulai turut campur dan terlibat sebelumnya dengan persiapan Abistreich ini untuk menghindari kejadian yang tidak menyenangkan. 

Kapan harinya Abistreich dilakukan juga jadi rahasia anak-anak yang baru ujian. Putri saya pun demikian, ia merahasiakan kapan dan apa yang akan mereka lakukan. Tahun-tahun sebelumnya, Abistreich di sekolah anak-anak saya lucu-lucu ... mengagetkan yang masuk sekolah dengan semprotan air, mengunci sekolah, memasukkan ayam di kelas sehingga adik-adik kelas mereka sebelum pelajaran harus mengejar-ngejar ayam dulu heheheh ... dll. 

Di sekolah lain ada pula Abristreich-nya dengan memenuhi koridor sekolah dengan balon, sehingga orang mau masuk harus melalui belantara balon dulu, ada yang menutup dengan tissue WC, ada yang menutup pintu masuk dengan jerami dll ... hehehe. Begitulah, tradisi anak muda di Jerman selepas ujian akhirnya. (ACJP)

[caption caption="Von Johannes Krieg - Eigenes Werk, CC BY-SA 2.5, https://commons.wikimedia.org]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun